Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Meriam Tua Berukir 2 Kalimat Syahadat Dipamerkan di Kota Palembang

Komunitas Pecinta Antik dan Kebudayaan Sriwijaya (Kompaks) memamerkan meriam langka yang diduga berasal dari masa Kesultanan Palembang Darussalam

12 November 2020 | 11.07 WIB

Meriam langka dengan ukiran dua kalimat syahadat dan corak khas Palembang dipamerkan di Museum Balaputera Dewa Palembang, Kamis 12 November 2020. ANTARA/Aziz Munajar
Perbesar
Meriam langka dengan ukiran dua kalimat syahadat dan corak khas Palembang dipamerkan di Museum Balaputera Dewa Palembang, Kamis 12 November 2020. ANTARA/Aziz Munajar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Palembang - Komunitas Pecinta Antik dan Kebudayaan Sriwijaya (Kompaks) memamerkan meriam langka yang diduga berasal dari masa Kesultanan Palembang Darussalam dalam acara pameran bersama yang berlangsung 11 sampai 19 Desember 2020 di Museum Negeri Balaputera Dewa Kota Palembang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Anggota Kompaks Hirmeyudi pada Kamis menuturkan, meriam dengan berat sekitar 150 kilogram yang ditemukan di Sungai Musi pada awal 2020 itu berhias ukiran dua kalimat syahadat dan corak khas Palembang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Meriam ini bisa dipanggul karena lebih kecil dari meriam umumnya dan belum ada temuan meriam semacam ini di Sumsel," ujarnya, Kamis 12 November 2020.

Senjata sepanjang 1,75 meter yang terbuat dari perunggu itu, ia menjelaskan, secara umum bentuknya hampir sama dengan meriam kuno yang ada di Thailand.

Bedanya, ia melanjutkan, hanya ada pada ukiran corak kecubung Palembang dan dua kalimat syahadat pada bagian ekor meriam.

Menurut Hirmeyudi, meriam itu ditemukan di kawasan Pabrik Pusri yang merupakan lokasi Keraton Kuto Gawang milik Kesultanan Palembang pada abad ke-14 hingga ke-17.

Arkeolog, ia menjelaskan, masih meneliti kondisi meriam tersebut untuk mencari tahu usia meriam dan sejarahnya.

"Beruntung meriam ini segera kami selamatkan, sebab jika tidak langsung kami ambil maka bisa jadi meriam ini ada di tangan kolektor lain, tentu akan menyulitkan proses penelitian," ucap Hirmeyudi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus