Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Klungkung - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung, Bali, mencatat jumlah pengungsi erupsi Gunung Agung, mencapai 10.950 jiwa. Jumlah tersebut bertambah 3.131 jiwa dari sebelumnya 7.819 orang jiwa pada Kamis, 30 November 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Para pengungsi asal Kabupaten Karangasem ini kami terima karena kediamannya berada di zona rawan bencana dan Pemkab Klungkung siap menerima kedatangan mereka," kata Kepala BPBD Klungkung Putu Widiada di posko GOR Swecapura, Kota Semarapura, pada Ahad, 10 Desember 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ia menerangkan, dari 10.950 pengungsi itu, tercatat 521 orang bersekolah di Kabupaten Klungkung, yang terbagi atas siswa TK/PAUD sebanyak 43 orang, sekolah dasar 283 orang, sekolah menengah pertama 186 orang, dan sekolah menengah atas 9 orang.
Petugas di Klungkung juga telah mendata pelayanan kesehatan yang telah diberikan tim kesehatan kepada pengungsi. "Secara keseluruhan ada 17.167 jiwa yang sudah diberikan penanganan kesehatan dari berbagai usia di seluruh pelayanan kesehatan di Klungkung," kata Putu.
Ia mengatakan jumlah pasien yang telah ditangani di RSUD Klungkung tercatat mencapai 2.078 jiwa dengan total klaim pelayanan pasien dari pengungsi Gunung Agung sebesar Rp 1,7 miliar. Rinciannya, klaim layanan pasien umum sekitar Rp 1,23 miliar dan pasien menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Rp 454 juta.
Putu juga mencatat data pengungsi Gunung Agung yang meninggal mencapai 32 orang. Rata-rata usia lansia 29 orang dan dewasa tiga orang. "Untuk penggunaan air di GOR dan pos-pos pengungsian yang ada di masing-masing balai banjar, untuk tagihan atas penggunaan air tersebut tidak dikenakan biaya oleh PDAM," ujarnya. Sedangkan, PLN juga memberikan bantuan untuk layanan instalasi dan lampu penerangan di beberapa posko pengungsian yang mencapai Rp 27,53 juta.