Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Psikolog Seksologi: Petisi Iklan Shopee BlackPink Aksi Berlebihan

Polemik iklan Shopee ini dikhawatirkan muncul persepsi bahwa perempuan dianggap sebagai sumber maksiat.

15 Desember 2018 | 01.13 WIB

Petisi Maimon Herawati yang memprotes iklan Shopee - Blackpink
Perbesar
Petisi Maimon Herawati yang memprotes iklan Shopee - Blackpink

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
TEMPO.CO, Jakarta — Psikolog seksologi klinis Zoya Amirin mengatakan pembuatan petisi iklan Shopee Blackpink oleh Maimon Herawati merupakan tindakan berlebihan. Menurut Zoya, banyak yang lebih penting dan efektif untuk dilakukan jika tujuannya adalah memberikan pendidikan seksual bagi anak-anak.

"Ada hal-hal yang bisa lebih signifikan mempengaruhi kesehatan seksual seorang anak, misalnya perilaku menghargai dan dihargai dalam aspek seksual, baik perempuan ke laki-laki dan sebaliknya, itu yang harus kita fokuskan," kata Zoya kepada Tempo, Jumat, 14 Desember 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Beberapa waktu lalu, Maimon Herawati memulai sebuah petisi di situs change.org. Isinya meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menghentikan penayangan iklan BlackPink dengan Shopee karena mengenakan pakaian yang dianggap terlalu seksi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Maimon, petisi ini bertujuan untuk melindungi masa depan generasi selanjutnya.

"Kami mengimbau orang tua-orang tua Indonesia untuk melakukan hal berikut: 1.Memberikan tekanan pada KPI melalui lembar pengaduan; 2. Memboikot Shopee–sepanjang Shopee masih menggunakan iklan seronok-demi masa depan generasi selanjutnya," tulis Maimon dalam petisinya itu.

Hingga berita ini ditulis, hampir 123 ribu orang telah memberikan tanda tangannya di petisi itu.

Menurut Zoya, tampilan visual dalam iklan Shopee BlackPink memang relatif mengkhawatirkan. Meski demikian, ujar dia, pemahaman moral dan seksual anak atau remaja tak mudah rontok hanya dengan tayangan iklan tersebut.

Ia mengatakan hal yang paling ia khawatirkan dari polemik semacam ini adalah penanaman persepsi kepada masyarakat bahwa perempuan dapat dianggap sebagai sumber maksiat.

"Kalau kita mengomentari hal-hal seperti ini, justru dapat menguatkan kepercayaan bahwa perempuan bisa menjadi sumber maksiat," ujar Zoya.

Zoya lalu menyinggung beberapa kasus kekerasan seksual yang pernah terjadi di negara ini. Dalam banyak kasus, kata Zoya, perempuan korban kekerasan seksual di Indonesia justru dapat menjadi pihak yang disalahkan.

Menurut Zoya, siapapun, termasuk perempuan, bebas memilih baju apapun yang ingin mereka kenakan. Meski demikian, kata dia, bukan berarti pemilihan baju dapat menjadi pembenaran untuk seseorang melakukan kekerasan seksual.

"Saya pernah menyinggung seorang Gubernur di Indonesia yang mengatakan 'perempuan tak berhijab pantas diperkosa', itu parah sekali," tutur dia.

"Ayolah lebih baik kita fokuskan energi pada hal yang lebih penting daripada iklan ini. Salah satunya bagaimana ngepush pengesahan undang-undang pencegahan kekerasan seksual," kata Zoya mengomentari petisi iklan Shopee.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus