Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Khoirunnisa Agustyati, ikut menanggapi perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia alias PSI yang melonjak cukup besar dalam perhitungan data Sirekap Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada periode awal Maret ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, proses rekapitulasi yang berjenjang menyebabkan sulit untuk bisa dipantau. “Semakin naik tahapannya, semakin sulit pemantauannya. Hal ini menyebabkan ada potensi untuk mengubah suara,” ujar Khoirunnisa ketika dihubungi Tempo, Senin, 4 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terlebih, kata dia, pengawas Tempat Pemungutan Suara (TPS) juga tidak bekerja maksimal. “Sehingga penting untuk membandingkan angka di Sirekap dengan hasil unggahan form C hasilnya,” tuturnya.
Khoirunnisa mengatakan bahwa perolehan suara tersebut bisa dilihat apakah benar ada anomali atau tidak. “Untuk menilai ini (ada kecurangan atau tidak) perlu dicek dengan form D hasil rekap di kecamatan,” kata dia.
Jika di form D hasil rekap kecamatan masih ada data anomali tersebut, kata Khoirunnisa, maka patut diduga ada penggelembungan suara.
Diketahui, perolehan suara PSI naik cukup besar dalam perhitungan data Sirekap KPU pada Jumat pekan lalu. Dalam waktu sehari, anomali suara partai yang saat ini dipimpin oleh putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, bertambah 101.426 suara. Data Sirekap pada pukul 14.00 WIB, Sabtu, 2 Maret 2024, memperlihatkan suara PSI bertambah 0,12 persen dalam sehari.
Suara PSI bertambah dari 2.300.600 pada 1 Maret 2024 pukul 12.00 WIB menjadi 2.402.026 suara atau 3,13 persen, pada Sabtu, 2 Maret pukul 14.00 WIB. Sementara pada hari ini, Senin, 4 Maret pukul 17.00 WIB, suara PSI bertambah menjadi 2.404.436 suara. Jumlah tersebut berdasarkan jumlah penghitungan di 542.190 dari 823.236 TPS atau setara 65,86 persen.
Adapun Juru Bicara DPP PSI Sigit Widodo mengklaim lonjakan suara PSI adalah hal yang wajar. Sigit menyebut lonjakan suara ini masih di bawah perhitungan internal PSI.
“Bisa saja data dari wilayah yang pemilih PSI-nya besar baru mulai masuk, sehingga normal saja terjadi lonjakan dalam satu waktu,” kata Sigit kepada Tempo, Sabtu 2 Maret 2024.
Sebaliknya, kata Sigit, penurunan bisa terjadi saat data masuk dari wilayah yang pemilihnya sedikit. Ia menegaskan bahwa Sirekap adalah data real count, bukan sampling, sehingga data masuk memang tidak harus selalu proporsional.
DEFARA DHANYA | SULTAN ABDURRAHMAN | EKA YUDHA