Disiplin untuk mengatasi kemacetan.

Saya tak sependapat dengan tawaran Saudara Slamet Abadi tentang cara mengatasi kemacetan lalu lintas dengan membatasi usia kendaraan (TEMPO, 4 April 1992, Komentar). Sebab, jumlah kendaraan bermotor yang sudah berusia 8- 10 tahun yang berlalu-lalang di Jabotabek, tidak banyak. Jadi, tawaran itu tidaklah mengatasi kemacetan. Mengatasi kemacetan lalu lintas harus bertolak pada sikap disiplin para pengemudi kendaraan bermotor. Inilah yang perlu menjadi perhatian dari yang berwenang. Tanpa disiplin berlalu-lintas, apapun cara yang ditempuh untuk mengatasi kemacetan akan sia-sia belaka. Di samping itu, pada sebagian masyarakat masih ada perasaan "kurang bergengsi" dan kurang yakin pada diri sendiri kalau mereka menggunakan kendaraan umum. Coba perhatikan pelataran parkir kampus atau perkantoran di ibu kota, sudah mirip show room mobil. Kendaraan itu bukan milik tamu kampus atau perkantoran itu. Mereka rela mengeluarkan uang ekstra untuk membeli "gengsi" itu ketimbang naik kendaraan umum yang murah meriah. Jadi tidak tepat juga anggapan, bila sarana transportasi umum ditingkatkan menjadi aman dan nyaman, baru para pemakai mobil pribadi mau menggunakan kenmdaraan umum. Sebab, kadar "gengsi" mobil lebih utama ketimbang bertindak praktis dan ekonomis. Persoalannya bagaimana menghilangkan "gengsi" tersebut ? WIDYO HAPSORO Komp. Departemen Pertanian Jalan Salemba Raya 16 Jakarta - 10430 Indonesia - Belanda