Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) kehilangan salah satu anggota-nya. Yuwaldi, anggota Subkomisi Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya meninggal dunia- di mushala Bandar Udara- In-ter-nasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu pekan lalu. Rencananya ia hendak pergi ke Sidoarjo, Jawa Timur, menuju lokasi semburan lumpur panas PT La-pindo Brantas.
Selesai salat, pria kelahiran- Bogor, 25 Juni 1952, itu mendadak bersandar lemas ke ba-hu stafnya. Nyawa almarhum ak-hirnya tak terselamatkan. Jenazahnya dimakamkan sehari kemudian di makam keluarga di kawasan Ciomas.
Nisa, putri sulung Yuwaldi-, menyebutkan ayahnya pernah- mengalami stroke tiga ta-hun lalu. Sejak terserang stroke, ke mana pun pergi-, Yu-wal-di- selalu membawa obat ka-rena acap kali mengalami se-sak- napas. Kakek satu cucu i-tu juga sering mengeluhkan -kon-disi jantungnya meski di-a-kui tak terlalu sakit.
Sebelum berkiprah di Kom-nas HAM, Yuwaldi pernah- menjadi legal consultant di PT Papyrus Sakti, Bandung-, dan PT Bumi Mustika, Jakar-ta-. Ia juga sempat menjadi pengacara sela-ma 1998–2001.
Yuwaldi menyele-saikan kuli-ah-nya di Fa-kul-tas Hukum- Uni-ver-si-tas Ib-nu Khal-dun, Bogor, pa-da 1983. Ia juga me-ram-pung-kan kuli-ah- di Akademi Bahasa Asing Bo-ro-bu-dur, Jakarta (1992), dan Fakultas Keguruan Ilmu Pen-didikan Universitas Terbu-ka, Jurusan Bahasa Ing-gris (1993).
Meninggal Sudarso, 92 Tahun
Pelukis realis Sudarso- me-ninggal dunia di Wa-nayasa, Purwa-kar-ta, Jawa Barat, Ka-mis pekan la-lu, di rumah istri- ke-empatnya, Ny. Ro-kayah. Jena-zah-nya- dimakamkan di pema-kam-an seniman, Imogiri-, Yog-ya-karta, sehari kemu-di-an-. Sebelum meninggal, pe-lu-kis seangkatan Affandi- itu tak punya penyakit seri-us-. ”Ba-pak- memang sudah se-puh,” ka-ta Sudargono, anak bung-su- dari pernikahan Su-dar-so de-ngan Asyah, istri ke-du-a.
Sudarso lahir di Ajibarang-, Purwokerto, Jawa Tengah, 28 Juli 1914. Ia pernah menjadi tukang kredit, sopir, pedagang- susu dan telur ke-liling. Profesi terakhir itu memper-te-mukannya dengan maestro- lu-kis Affandi, yang kemu-di-an menjadi gurunya, di Bandung.
Salah satu karya Sudarso yang terkenal, Dik Kedah, men-jadi koleksi Presiden RI per-tama, Soekarno. Hingga ak-hir hayat, bapak delapan a-nak, 42 cucu, dan 36 cicit itu ma-sih terus melukis. Bersama Affandi, Barli, Hendra Gu-na-wan, dan Wahdi, Sudarso sem-pat membentuk Ke-lom-pok- Lima Bandung. Pelukis o-to-di-dak ini pernah menjadi do-sen di Akademi Seni Rupa In-donesia, Yogyakarta.
”Sekolah-sekolah tidak bermutu memang sulit meluluskan siswanya. Mungkin terlalu banyak libur atau banyak jalan-jalannya.” —Sekretaris Badan Standar Nasional Pendidikan, Profesor Djaali, di Jakarta, Selasa pekan lalu. Ia menanggapi soal sekolah menengah dan kejuruan yang gagal meluluskan semua atau sebagian besar siswanya.
”Semburan lumpur karena takdir dari Allah dan kecelakaan kerja.” —Wakil Presiden Jusuf Kalla, saat berdialog dengan pengungsi korban semburan lumpur panas PT Lapindo Brantas di Pasar Baru, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa pekan lalu. Meski begitu, ia tetap meminta pemilik Lapindo mengganti semua kerugian warga.
TEMPO DOELOE
26 Juni 1927 Warner Brothers mem-produksi film bersuara per-tama dengan judul Jazz Singer. Sebelum di-temukan teknologi yang memadukan suara de-ngan gerak, orang memproduksi film bisu yang diiringi suara musik.
27 Juni 1993 Tentara Amerika Serikat menyerang Bagdad menggunakan 23 peluru kendali jarak jauh. Enam warga sipil tewas dan se-buah kantor badan keamanan rusak. Serangan itu buntut tuduhan bahwa Sadam Hussein hendak membunuh Presiden George Bush senior.
28 Juni 1981 Sebuah bom meledak di markas Partai Repu-blik Islam Iran. Sebanyak 72 anggota partai tewas, termasuk Ketua Mahkamah Agung Iran Syahid Beheshti. Peledakan itu dilakukan kelompok Mujahidin al-Khalq.
29 Juni 1974 Isabela Peron diangkat menjadi Presiden Ar-gen-ti-na, menggantikan su-ami-nya, Juan Peron, yang meninggal. Isabela ada-lah istri kedua Juan Peron yang dinikahi pa-da- 1952, setelah Evita Peron—istri pertamanya—wafat.
30 Juni 1991 Rezim apartheid di Afrika Selatan secara res-mi be-rakhir. Rezim ini ber-ku-asa sejak 1948 dan memberlakukan hu-kum rasialis dengan meng-ha-pus- hak asasi war-ga non-ku-lit putih. Kebijakan itu men-da-pat tentangan di dalam dan luar negeri.
1 Juli 1997 Inggris mengembali-kan Hong Kong kepada -Ci-na. Hong Kong diduduki Ing-gris sejak 1842 dalam e-ra Perang Candu. Pada 1898, Inggris menanda-ta-ngani perjanjian untuk me-ngembalikan Hong Kong- kepada Cina 99 ta-hun- kemudian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo