Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Cleveland - Tak pernah terbayangkan oleh para ilmuwan bahwa seekor katak dapat mengubah warna tubuhnya sesuai dengan lingkungan di sekitarnya seperti kemampuan yang dimiliki bunglon. Namun seekor katak hutan yang tinggal di hutan berkabut di barat Pegunungan Andes, Ekuador, ternyata memiliki kemampuan kamuflase lebih canggih ketimbang bunglon.
Katak hujan mini berjari kuku yang memiliki nama ilmiah Pistimantis mutabilis ini dapat mengubah warna dan tekstur kulitnya dalam hitungan menit. Ini jauh lebih maju daripada bunglon, yang hanya bisa berubah warna.
Katak ini ditemukan oleh Katherine Krynak, seorang mahasiswa doktoral di Case Western Reserve University, dan suaminya, Tim Krynak, yang menjadi manajer proyek di Divisi Sumber Daya Alam Cleveland Metroparks. Keduanya yakin binatang amfibi ini adalah spesies katak pertama yang dapat berubah rupa.
Katherine percaya kemampuan mimikri tersebut mencerminkan kondisi lingkungan tempat binatang itu hidup. “Kemampuan penyamaran tingkat tinggi itu melindungi katak hujan kecil ini dari burung dan predator lain,” kata dia, seperti diberitakan Science Daily.
Suami-istri ini menemukan P. mutabilis pada 2006, tapi hanya sempat memotretnya. Mereka baru menyadari katak itu ada kemungkinan spesies baru setelah mereka memperbesar foto katak tersebut. Pasangan Krynak menjuluki katak ini “punk rocker” karena duri yang tumbuh di tubuhnya. "Kami baru sadar ketika melihat tekstur menakjubkan di kulitnya, ‘Wow, ini sangat berbeda’,” kata Katherine Krynak.
Ketika ditemukan, P. mutabilis betina berukuran 20-23 milimeter itu sedang duduk di atas daun berlumut di Reserva Las Gralarias—cagar alam kaya biodiversitas yang juga rumah sejumlah kupu-kupu dan burung langka. Ukuran katak jantan malah lebih kecil lagi. Katak ini masuk kelompok katak hujan. Seluruh anggota kelompok ini langsung berkembang dari telur menjadi katak tanpa melalui fase kecebong.
Pada 2009, Krynak kembali menemukan katak hujan. Mereka langsung menangkapnya dan menyimpannya dalam sebuah cangkir plastik selama semalam. Mereka berencana melakukan sesi foto yang lebih detail.
Ketika Katherine membuka cangkir itu keesokan harinya, seluruh duri di tubuh katak telah menghilang. “Saya berpikir, ‘Apakah saya keliru?’ Ternyata tidak. Katak itu menipu saya dengan mimikri,” ujar Krynak.
Duri dan warna, kata Katherine, merupakan hasil adaptasi mereka saat tinggal di habitat berlumut. Warna katak yang mirip lumut kerak membuat hewan pemangsa sulit menemukannya ketika berada di habitat berlumut.
SCIENCE DAILY | LIVE SCIENCE | AMRI MAHBUB
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini