Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Liga Indonesia

PSPS Krisis Keuangan, Berapa Biaya Mengarungi Liga 2 Indonesia?

Klub Liga 2 Indonesia, PSPS Riau, tengah dililit krisis keuangan sehingga menunggak gaji pemain dan pelatihnya.

14 Agustus 2018 | 12.45 WIB

PSPS Pekanbaru. ANTARA
material-symbols:fullscreenPerbesar
PSPS Pekanbaru. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Klub Liga 2 Indonesia, PSPS Riau, tengah dililit krisis keuangan. Mereka masih menunggak gaji para pemain, pelatih, dan offisial selama tiga bulan terakhir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Krisis itu terjadi karena besarnya beban keuangan yang harus ditanggung. Selain itu, klub juga belum mampu mendatangkan sponsor dan invetor yang mumpuni.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Media Officer dan Humas PSPS Riau Muhammad Teza Taufik menyatakan klub itu membutuhkan biaya berkisar Rp 6 miliar hingga Rp 8 miliar untuk operasional dalam setahun. "Biaya ini untuk membayar gaji pemain, pelatih, akomodasi saat pertandingan ke luar kota dan sebagainya," kata dia di Pekanbaru, Selasa.

Baca: PSPS Riau Krisis Keuangan, Pemain Belum Dibayar 3 Bulan

Ia menjelaskan biaya Rp 6-8 miliar tersebut merupakan kebutuhan standar yang dibutuhkan dalam aktifitas club mulai dari latihan, persiapan tanding hingga kegiatan pertandingan ke luar kandang. "Misalkan bayar gaji pemain, offisial, pelatih itu yang terbanyak. Termasuk tiket pesawat dan hotel pemain kalau ada pertandingan ke luar kota," ujar Muhammad Teza Taufik.

Dikatakan dia karena masih minim investor dan pendapatan penjualan tiket. Selama ini dana yang digunakan untuk operasional terbesar masih ditalangi oleh subsidi klub dan manager. Pemerintah Riau sejauh ini masih membantu fasilitas tidak dana kontan, berupa wisma atlet dan Stadion Rumbai.

"Karena alami krisis keuangan berakibat kepada penundaan pembayaran gaji pemain dan pelatih PSPS sudah tiga bulan ini," tutur Muhammad Teza.

Menurut dia PSPS akan terus berupaya meningkatkan prestasi dan kualitas pemain agar investor tertarik menjadi sponsor. Perusahaan akan memperbaiki marketing, media, pemain sehingga kalau tim bagus media dan marketing akan punya nilai jual sehingga bisa meraih sponsor.

"Tiap tahun kami berupaya meningkatkan prestasi anak-anak, guna menambah value PSPS dengan demikian investor, pihak ketiga bisa datang sendiri," kata Muhammad Teza lagi.

Sementara itu pelatih PSPS, Hedri Susilo, menyatakan masalah gaji yang belum dibayar juga menyebebkan hengkangnya beberapa pemain pilar. Karena itu, raihan satu poin pada laga PSPS Riau saat menjamu Persis Solo kemarin dianggapnya cukup memuaskan.

Di tengah krisis yang terjadi di klub, pemain-pemain PSPS dinilainya masih menunjukkan semangat juang yang tinggi. Meski sempat tertinggal, anak asuhnya berhasil mengejar tim tamu dengan baik. "Tim ini masih bersemangat bersaing di Liga 2. Dan liga ini sendiri masih cukup bergengsi di Indonesia," ujar Hendri.

Karena itu Hendri berharap manejemen PSPS Riau kembali mendapatkan rezeki yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pemain. Hendri mengaku bahwa anak asuhnya saat ini sudah cukup loyal dengan tim. Di tengah kondisi kuangan yang melanda, pemain masih tetap bersemangat menjalani laga kandang maupun tandang. "Terkadang dengan kondisi keuangan yang minim, kita tetap semangat menjalani laga away dengan beberapa keterbatasan," pungkasnya.

PSPS Riau sebelumnya dikenal sebagai PSPS Pekanbaru. Pada musim kompetisi 2018, tim ini bermain di Liga 2 dan menggunakan Stadion Kaharuddin Nasution sebagai kandang.

Pada awal musim 2018 Kursi pelatih PSPS Riau ditangani oleh Hendri Susilo. Tim ini memiliki julukan Askar Bertuah dan Tapir Sumatera.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus