Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PURNA Budaya, Yogya, 18 hingga 23 Agustus jadi ajang 42 pelukis
Australia. Di antara mereka terselip misalnya seorang dari Suku
Djinang yang tinggal di daerah Milingimbi, suatu perkampungan
aborigin di Australia Utara, bernama David Djuta. Seorang lagi
bernama Dilly Stockman, ketua suku aborigin Anmatjera di
Australia Tengah.
Selain Max Watters, Albert Tucker, Dee Jones, Elwyn Lynn dan
kedua orang aborigin tersebut, semua pernah mengalami pendidikan
formil kesenian. Sedang lainnya bukan pelukis sekolahan.
Sejarah seni lukis Australia memang tidak segegap-gempita
Amerika atau Eropa, di mana lahir berbagai sikap dan
kecenderungan. Bisalah dibilang bahwa dalam arus sejarah
senirupa Barat, orang-orang Australia tertinggal. Dan situasi
inilah yang terwakili dalam pameran ini.
Berdasar Mitos
Sebagian besar karya yang tampil masing-masing punya karakter.
Di antaranya Peker1a Tambang dari Sidney Nolan. Warna dan
goresannya menjangkau apa yang termaksud di dalamnya. Karya ini
buatan 1972, dari cat minyak atas harbor. Kemudian karya Bryan
Westwood yang berjudul Taman Centennial (1972, cat minyak atas
harbor), menawarkan daya pukau yang kuat. Di situ tergambar
secara realistis seorang yang tidur telanjang di taman yang
lengang.
Helen Ogilvie, dengan warna yang sederhana tapi kuat pada Gedung
kayu retak (1974, cat minyak atas dasar gesso pada harbor)
menimbulkan sugesti sebuah daerah dusun di padang daratan
negerinya. Lalu Jeff Rigby dengan teknik realis, menunjukkan
ketelatenannya pada detail. Ia menggambarkan Lembah Kanguru,
Barrengarry (1976, akrilik atas kanvas pada board). Fred
Williams, pada Jeram Sungai (1977, cat minyak atas kanvas)
menampakkan kekukuhan karakter.
Sedang dari dua orang aborigin, yang menarik adalah karya David
Djuta dengan tema dan ujud yang khas sukunya -- yaitu Sumur
Keramat (1976, cat oker atas kulit kayu). Ia bercerita tentang
dua perempuan aborigin, Wagilag bersaudara. Cerita ini adalah
mitos yang dihubungkan dengan konsep kesuburan. Karya-karya yang
berdasar mitos aborigin pada beberapa tahun lalu adalah hasil
suku-suku yang mempunyai isolasi ketat. Akankah keketatan itu
tetap terpelihara, tidak begitu jelas.
Karya-karya baik lainnya, dari yang kulit putih, adalah Kayu
Tallow dari Lawrence Daws (1977, akrilik atas harbor) dan Karang
Angela dari Guy GreySmith (1976, cat minyak atas harbor).
Selebihnya biasa-biasa saja -- kehebatannya belum muncul. Malah
ada yang jatuh pada situasi kering tanpa jiwa, misalnya pada The
Coorong (1972, akrilik atas kanvas) Celia Giles, juga karya John
Olsen, Hidup Ditarik Ke Arah Kekosongan (1976, akrilik atas
kanvas).
Dari semua yang dipamerkan segera timbul kesan, bahwa problim
seni lukis Australia tahun tujuh-puluhan belum mendahului seni
lukis Indonesia. Tapi ini tidak resmi mewakili apa yang
seluruhnya kini ada di Australia. Sebab berita bahwa Australia
dalam seni rupa sebenarnya lebih dari ini.
Mohamad Cholid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo