Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Animo masyarakat untuk melihat pameran tentang Pangeran Diponegoro--Aku Diponegoro, ternyata sangat tinggi. Pada akhir pekan. pengunjung pameran bahkan menyesaki lobi dan gedung Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, tempat pameran digelar.
"Hari ini penuh, lobi penuh tapi tidak sampai keluar," ujar Afrina Rosmani , staf seksi pameran dan kemitraan Galeri Nasional. kepada Tempo, Ahad, 15 Februari 2015.
Afrina menjelaskan pengunjung memang membanjir saat libur akhir pekan. Bahkan Pada Sabtu, 14 Februari 2015, antrian pengunjung mengular sampai ke luar gedung. Tapi pada hari ini, pengunjung tak sepenuh kemarin. "Penuh tapi ngga sampai keluar, mungkin karena hujan deras," ujarnya.
Vennie, salah satu pengunjung pameran yang datang Sabtu kemarin mengaku harus menunggu cukup lama karena antrean yang panjang. Akibatnya, dia cuma sebentar menikmati pameran. "Kami cuma bisa menikmati 15-20 menit. Nunggu yang di dalam keluar baru boleh masuk," ujar dia.
Rina menjelaskan, dibandingkan hari-hari biasa, jumlah pengunjung di akhir pekan memang sangat banyak. Karena itu, khusus di akhir pekan panitia memberlakukan pembatasan. "Karena orang-orang antre jadi ada batasan waktu dan jumlah yang masuk agar semua bisa kebagian," ujarnya.
Pameran Aku Diponegoro digelar di Galeri Nasional Indonesia selama sebulan penuh, 8 Februari-8 Maret 2015. Tak hanya memajang sederet lukisan karya sejumlah maestro seni lukis Indonesia dan seniman-seniman seni kontemporer, beberapa barang peninggalan Diponegoro juga ikut dipamerkan.
Pengunjung pameran pun antusias berfoto di depan barang-barang asli milik Diponegoro itu, mulai dari pelana kuda, tombak Kiai Rondhan yang selama ini disimpan di Museum Nasional, serta tongkat Kiai Tjokro, tongkat ziarah Diponegoro yang baru saja dikembalikan dari Belanda.
Rina, menjelaskan pengunjung pameran umumnya anak-anak muda, pelajar dan keluarga. Dia cukup senang makin banyak anak muda datang ke pameran. "Mungkin awalnya untuk foto selfie di upload di media sosial, tapi ini jadi awal belajar mengapresiasi seni," ujar Rina.
DIAN YULIASTUTI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini