Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - The Lord of the Rings, film series yang meraup banyak penghargaan ini merupakan sebuah karya dari JRR Tolkien, Pria asal Afrika Selatan yang lahir pada 1892.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
JRR Tolkien mengajar bahasa dan sastra Inggris, yang mengkhususkan diri dalam Bahasa Inggris Kuno dan Pertengahan, di Universitas Leeds (1920–25) dan Oxford (1925–59). Mengutip dari Britannica.com, cara Tolkien menghibur dirinya sendiri yaitu dengan menulis serangkaian kisah fantasi yang rumit, seringkali memiliki suasana yang gelap dan sedih, serta berlatar dunia ciptaannya sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Untuk menghibur keempat anaknya, ia menciptakan karya yang lebih ringan, hidup, dan humoris. Kisah terpanjang dan terpenting dari kisah-kisah itu dimulai sekitar 1930, yaitu The Hobbit, sebuah fantasi dewasa tentang "hobbit" yang mencintai kenyamanan (kerabat manusia yang lebih kecil) yang bergabung dalam pencarian harta karun naga. Pada 1937, The Hobbit diterbitkan dan menjadi sangat populer sehingga penerbitnya meminta sekuel.
Dan, 17 tahun kemudian mahakarya JRR Tolkien yang berjudul The Lord of the Rings, merupakan karyanya versi modern dari epik heroik. Beberapa elemen dari The Hobbit ada dalam buku ini, khususnya cincin ajaib.
Mengutip dari Middle-earth.xenite.org, alasan JRR Tolkien menulis The Lord of the Rings adalah bahwa para pembacanya ingin membaca lebih banyak tentang hobbit. Namun Tolkien memiliki pemikiran bahwa ia tidak bisa memikirkan apa-apa lagi untuk diceritakan tentang Hobbits.
Lord of the Rings ditulis dengan latar belakang perang, namun salah satu konsekuensi paling signifikan bagi Tolkien adalah jatah kertas yang ia dapat. Mengutip dari Blog.bookstellyouwhy.com, ia menulis di ruang kosong ujian siswa dan memetakan siklus bulan Middle Earth pada kartu pengawasan serangan udara.
Tolkien meninggal pada 2 September 1973 karena luka berdarah dan infeksi dada, pada usia 81, ia dimakamkan di Pemakaman Wolvercote, Oxford dengan tambahan nama "Beren" serta Luthien [sic] yang terukir di batu nisannya. Selama masa pensiunnya, dari 1959 hingga kematiannya pada 1973, Tolkien menerima perhatian publik dan ketenaran sastra yang terus meningkat.
Setelah kematian JRR Tolkien, putranya Christopher menerbitkan serangkaian karya ayahnya berdasarkan catatan ekstensif ayahnya dan manuskrip yang tidak diterbitkan, termasuk The Silmarillion bersama dengan The Hobbit dan The Lord of the Rings.
VALMAI ALZENA KARLA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.