Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Bantah Bangkrut karena Bakar Duit, Pendapatan OVO Naik 19 Kali

"Revenue tumbuh sampai 19 kali kok, kami juga baru 2 tahun," kata Presiden Direktur PT Visionet Internasional (OVO) Karaniya Dharmasaputra.

16 Desember 2019 | 10.49 WIB

Karaniya Dharmasaputra, Presiden Direktur PT Visionet Internasional (OVO). Foto/Istimewa
Perbesar
Karaniya Dharmasaputra, Presiden Direktur PT Visionet Internasional (OVO). Foto/Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Visionet Internasional (OVO) Karaniya Dharmasaputra menyatakan perusahaan telah mencatatkan kenaikan pendapatan sampai 19 kali lipat hingga 2019. Capaian tersebut didukung oleh pertumbuhan pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) sampai 12 kali lipat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Jadi kalau dibilang (kami) bakar duit dan akhirnya kolaps, ya enggak. Revenue tumbuh sampai 19 kali kok, kami juga baru 2 tahun," kata Karaniya saat ditemui di Lapangan Banteng, Jakarta, Sabtu, 14 Desember 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karaniya menjelaskan, angka pendapatan perusahaan rintisan yang bergerak di bidang teknologi finansial berupa dompet digital itu terlihat dari data tahunan per Oktober 2019 lalu. "Tercatat pendapatan yang tercermin melalui total purchased value (TPV) naik sampai 19 kali lipat," ucapnya.

Lebih lanjut, Karaniya memaparkan capaian yang menggembirakan itu juga disokong oleh peningkatan jumlah dana yang berhasil dihimpun sampai dengan 8 kali lipat. Hingga saat ini jumlah perangkat yang telah terhubung dengan platform OVO di Tanah Air mencapai 115 juta perangkat.

Ke depan Karaniya yakin capaian tersebut masih bisa ditingkatkan lantaran penetrasi fintech, khususnya dompet digital di Indonesia belum maksimal. "Digital payment itu penetrasinya cuma 56 persen saat ini. Ruang untuk kami tumbuh itu masih besar banget."

Karaniya menambahkan saat ini OVO juga berhasil menurunkan biaya pemasaran yang selama ini berkontribusi cukup besar terhadap pengeluaran perusahaan. Namun, dia tak menjelaskan seberapa besar penurunan yang berhasil dicapai.

Sejumlah data lainnya juga menunjukkan profitabilitas OVO juga baik. "Revenue naiknya bagus banget, marketing cost makin turun," ucap Karaniya. Meski begitu, ia mengakui bisnis ini berbeda dengan bisnis konvensional. "Punya long tail, horizon lebih panjang. Dibutuhkan nafas yang panjang di awal, semua diperhitungkan."

Sebelumnya bos sekaligus pendiri Lippo Grup, Mochtar Riady membenarkan adanya penjualan saham Lippo Grup yang ada di platform dompet digital OVO. Menurut dia, Lippo telah menjual sebagian besar saham mereka di OVO dan saat ini hanya tinggal menyisakan 30 persen.

"Kami bukan lepas saham, kami jual sebagian. Sekarang kami mungkin (tinggal) 30 persen atau sepertiga," kata Mochtar kepada sejumlah media ketika ditemui usai menjadi pembicara dalam acara Indonesia Digital Conference di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis, 28 November 2019.

Mochtar mengatakan dirinya tak mengetahui pasti nilai jual saham OVO tersebut. Dia juga tak menjelaskan siapa saja pihak yang telah membeli saham itu. Namun dia memastikan, penjualan saham tersebut dilakukan karena OVO dinilai terlalu banyak melakukan praktik bakar uang.

BISNIS | DIAS PRASONGKO

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus