Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Rektor Asing, Moeldoko: Diawali di Perguruan Tinggi Swasta

Rencana mendatangkan rektor asing di Indonesia akan diberlakukan pertama kali untuk perguruan tinggi swasta.

14 Agustus 2019 | 17.55 WIB

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko. TEMPO/Subekti
Perbesar
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko mengatakan rencana mendatangkan rektor asing untuk memimpin universitas di Indonesia akan diberlakukan pertama kali untuk perguruan tinggi swasta. Hal itu disampaikan setelah berdiskusi dengan Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi Mohamad Nasir.

"Rencananya diawali di perguruan tinggi swasta," kata Moeldoko di gedung Bappenas, Jakarta, Rabu, 14 Agustus 2019.

Dia mengatakan rektor asing tersebut nanti akan dihadirkan dari kawasan Asia. Namun, belum dipastikan dari mana asal negara asing yang akan jadi rektor di Indonesia.

Moeldoko juga menjelaskan alasan pemerintah ingin ada rektor yang berasal dari negara lain. Hal itu, kata dia, bertujuan agar para dosen dan rektor di Indonesia bisa lebih kompetitif di lingkungan global.

"Upaya menghadirkan rektor asing supaya membangun kompetisi global. Tidak ada tujuan lain," kata Moeldoko. "Kalau rektor itu ternyata ada rektor asing di sini, maka akan malu bila kalah dengan rektor asing itu."

Lampu hijau untuk rektor asing, menurut dia, bukan berarti rektor di Indonesia kurang kualifikasinya atau kurang hebat. Justru dengan ada rektor asing, rektor di Indonesia akan lebih hebat lagi. "Kalau di sampingnya ada orang yang penuh dengan pelari, saya merasa sebelumnya sudah hebat, jadi akan latihan lagi," ujarnya.

Sebelumnya, Mohammad Nasir mengatakan, calon rektor asing harus menunjukkan rekam jejak dalam meningkatkan performa perguruan tinggi, terutama dalam peningkatan hasil riset dan inovasi yang menjawab kebutuhan pasar.

Pemerintah dalam mendatangkan rektor asing itu, kata Nasir, nanti akan melakukan global bidding (penawaran global). "Pertama yang harus kita lihat adalah dia yang punya network, yang kedua pengalaman dia di dalam mengelola perguruan tinggi itu seperti apa, mampukah meningkatkan rating (peringkat) suatu perguruan tinggi itu menjadi lebih baik," katanya, Jumat, 2 Agustus 2019.

HALIDA BUNGA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus