Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah melesu di akhir pekan ini. Berdasarkan jakarta Interbank Dollar Rate kurs menyentuh level Rp 14.655 per dolar AS pada Jumat, 24 Agustus 2018. Chief Economist Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menceritakan bahwa kondisi rupiah menyentuh kisaran Rp 14.650 per dolar AS juga pernah terjadi pada September 2015.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hanya saja, menurut Lana ada kondisi berbeda terkait faktor yang mendorong rupiah anjlok ke level tersebut. Kali ini, pelemahan lebih banyak dipicu oleh faktor eksternal. "Kalau kita lihat tekanan global yang terus berubah kiri kanan dan kita lihat twit presiden trump sering mengganggu, tidak tertebak dan tidak bisa dihitung. Ini berbeda dengan tiga tahun lalu," ujar Lana kepada Tempo, Ahad 26 Agustus 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kala itu, rupiah melemah lebih banyak dipicu faktor-faktor dalam negeri. Belum lagi, saat itu Bank Indonesia dan pemerintah belum ketat menerapkan aturan-aturan, semisal kewajiban hedging dan keharusan transaksi menggunakan rupiah di dalam negeri.
"Sekarang semua sudah wajib hedging, begitu pula dengan transaksi di dalam negeri sudah dalam semua rupiah," ujar Lana. Hanya saja, karena faktor eksternal begitu kuat dan sulit diprediksi, rupiah pun ikut terseret melemah. "Kalau ditanya masih bisa melemah, ya masih."
Belakangan, kata Lana, permintaan dolar di dalam negeri, misalnya untuk membayar utang dan sebagainya memang sudah jauh menurun. BI pun sudah banyak memberikan kelonggaran di pasar valuta asing, misalnya soal swap, hingga hedging rate.
Pelemahan rupiah hingga ke level Rp 14.655 per dolar AS pada Jumat lalu, menurut Lana, dipicu oleh pertemuan bank sentral di AS. Pada pertemuan itu, para bank sentral sepakat bahwa perang dagang adalah risiko yang diwaspadai sebagai bagian dari ketidakpastian global.
"Efeknya dolar menguat, makanya sekarang eksternal sangat besar pengaruhnya," kata Lana. Saat ini, hal yang bisa BI lakukan, ujar dia, paling tidak menahan agar pelemahan rupiah tidak terlalu cepat. Ia berharap BI bisa menjaga rupiah agar bertahan di bawah level Rp 14.800 hingga akhir tahun 2018.
"Secara teknikal itu kan ada level resistant. Nah itu yang terdekat memang Rp 14.800, Jangan sampai tembus," kata Lana.