Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Pabrik Kerupuk Jengkol Pakai Pengawet Berbahaya  

Zat pewarna yang menempel di tangan tidak hilang meski sudah dicuci berkali-kali dengan air.


6 Mei 2015 | 14.22 WIB

Petugas dari dinas pertanian dan ketahanan pangan memeriksa makanan yang mengandung zat pewarna pakaian di pasar Delapan Alam Sutera,Tangerang, Rabu (25/7). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Perbesar
Petugas dari dinas pertanian dan ketahanan pangan memeriksa makanan yang mengandung zat pewarna pakaian di pasar Delapan Alam Sutera,Tangerang, Rabu (25/7). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah pabrik kerupuk jengkol di kawasan Kampung Pulo Harapan, Cengkareng Barat, Jakarta Barat, diduga menggunakan pengawet kimia berbahaya. Menurut penjaga pabrik, Leo Ni Fong, bahan pengawet itu dibeli dari Pasar Cengkareng.

Pria 60 tahun ini menunjukkan satu kemasan bleng berwarna kuning. Satu kemasan bleng biasa digunakan untuk satu karung tepung sagu. Satu karung tepung sagu bisa menghasilkan 50 kilogram kerupuk jengkol. 

Leo menyangkal menggunakan bleng untuk pengawet. "Cuma biar kenyal," katanya. Ia menuturkan kerupuk jengkol produksinya yang bermerek "Rio" hanya bertahan selama dua minggu setelah diproduksi. 

Leo juga memperlihatkan serbuk berwarna merah bata dalam plastik bening ukuran 1 kilogram. Serbuk itu meninggalkan warna kuning kemerahan pada jari saat dipegang. Namun, saat dicuci dengan air, warna kuning menyebar dan meninggalkan bekas di seluruh telapak tangan. Bekas kuning tak dapat hilang setelah dicuci berulang kali selama dua jam. 

Lurah Cengkareng Barat Imbang Santoso mengatakan di dalam pabrik juga ditemukan tawas dan pemanis sintetis. "Kami mengambil sampel bleng, pewarna tekstil, pemanis sintetis, tawas, dan adonan mentahnya," ujar Imbang. Sampel ini akan dibawa ke laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk diuji keamanannya. 

Imbang mengetahui praktek ini saat melakukan pendataan pabrik yang berada di Cengkareng Barat. Sebelumnya, ia menerima laporan warga yang menyebutkan pabrik tersebut menggunakan boraks. "Saya tindak lanjuti saat pendataan, dan memang ditemukan bahan baku yang dicurigai tidak aman konsumsi," dia menjelaskan. 

Menurut Hendra, pemilik pabrik, kerupuk ini ia pasarkan di pasar dan warung-warung di Cengkareng dan Tangerang dalam kemasan kecil seharga Rp 500 per bungkus. Dalam satu hari ia mengantongi keuntungan bersih Rp 1-2 juta. Adapun Tio, salah satu karyawan, mengatakan tak tahu-menahu apakah bahan yang digunakan untuk membuat kerupuk jengkol itu aman atau tidak.

DINI PRAMITA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suseno

Suseno

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia pada 1998. Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Saat ini menempati posisi redaktur di desk Hukum dan Kriminal. Aktif juga di Tempowitness sebagai editor dan trainer.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus