Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Vokalis grup musik The Brandals, Eka Annash, menduga dua orang yang mewawancarainya pada peringatan Hari Buruh Internasional di depan Gedung DPR/MPR pada 1 Mei 2025, adalah intel. Dua orang itu menyamar menjadi jurnalis. Satu di antarnya bahkan menggunakan tanda pengenal dari Kompas.com.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eka Annash sempat manggung dan membawakan beberapa lagu di tengah-tengah jalannya aksi. Eka menuturkan, kedua orang tersebut memakai baju merchandise dari salah satu band indie lokal bewarna hitam. “Dua orang pakai kartu pers, satunya ada tulisan Kompas.com, nanya-nanya saya beberapa pertanyaan,” kata Eka dalam konferensi pers di Gedung YLBHI pada Jumat, 9 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eka sempat menaruh rasa curiga dengan dua orang tersebut. Sebab, Eka menilai pertanyaan yang mereka ajukan cenderung menyudutkan dan mengadu domba massa aksi. Diketahui pada hari yang sama ada aksi buruh lainnya yang dilakukan di area Monumen Nasional dan dihadiri oleh Presiden Prabowo Subianto. “Gua tuh diminta komentar, (aksi) yang di sana salah enggak sih, lalu Presiden Prabowo bikin manuver begitu gimana? Kok nanyanya begini ya,” ujar Eka menceritakan keheranannya kala itu.
Sore hari ketika polisi mulai melakukan upaya pembubaran paksa terhadap massa aksi, Eka diberitahu oleh salah satu rekannya kalau dua orang yang mewawancarainya barusan sedang memukuli para demonstran. Meski begitu, Eka mengaku tidak melihat secara langsung peristiwa pengeroyokan tersebut.
“Ada yang ngasih tahu, yang barusan nanya-nanyain lu itu nangkep-nangkepin orang,” ucap Eka ketika dikonfirmasi lebih lanjut oleh Tempo. Menurut Eka, rekannya yang melihat langsung ketika dirinya sedang diwawancara, sekaligus juga melihat tragedi pemukulan tersebut.
Pengacara publik LBH Jakarta Alif Nurwidiastomo mengungkapkan kehadiran aparat yang tidak berseragam dan tidak beridentitas memang kerap kali ditemukan dalam setiap pelaksanaan aksi unjuk rasa. Bahkan, para aparat yang sering diduga sebagai intel tersebut sering terlibat melakukan penangkapan bahkan penyiksaan pada massa aksi. “Mereka selalu berkeliaran di dekat-dekat dengan anggota Polri yang memang berseragam, khususnya satuan Samapta Bhayangkara atau Sabhara,” kata Alif dalam kesempatan yang sama.
Alif menduga, pengerahan aparat tidak berseragam dan beridentitas tersebut bertujuan untuk menghindari pertanggungjawaban hukum atas aksi-aksi pelanggaran yang mungkin mereka perbuat saat mengamankan aksi. “Karena tidak teridentifikasi dari satuan mana, satuan wilayah mana,” ujarnya.
Pada 15 Mei 2025, Eka Annash memberikan klarifikasi atas keterangannya. Dia mengaku sudah salah mengidentifikasi. Orang yang diduga sebagai intel ternyata memang jurnalis Kompas.com. Dia sudah bertemu dengan jurnalis tersebut dan meminta maaf.
Menurut Eka, dugaan tersebut lumrah terjadi, didasari karena ada beberapa contoh kasus di mana penyusupan aparat intelkam dalam ruang-ruang sipil pernah terjadi. Seperti yang terjadi saat aksi May Day 2025 di Semarang dan pemberitaan mengenai Iptu Umbaran di Blora.
Pilihan Editor: Yang Luput dari Penyidikan Polisi dalam Kasus Pagar Laut
Catatan:
Judul artikel ini telah diubah pada15 Mei 2025 setelah narasumber memberikan klarifikasi dan ralat atas keterangan sebelumnya.