Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan para uskup Katolik di Vatikan yang berakhir pada Sabtu, 27 Oktober 2018, sepakat agar perempuan memainkan peran yang lebih besar dalam pengambilan keputusan di gereja. Namun pertemuan itu, juga memberikan sinyalemen gereja akan lebih terbuka pada kalangan gay.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertemuan para uskup Katolik seluruh dunia atau musyawarah gereja dimulai pada 3 Oktober 2018 di Vatikan. Setidaknya ada tiga isu yang dibahas dalam pertemuan itu, yakni peran perempuan di gereja, upaya memberantas tindak pelecehan seksual dan LGBT. Pertemuan ini total diikuti oleh sekitar 300 uskup pendeta, biarawati dan sejumlah masyarakat awam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Biarawati membawa salib saat ikuti prosesi Jalan Salib Jumat Agung di Durban, Afrika Selatan, 30 Maret 2018. REUTERS / Rogan Ward
Dikutip dari Reuters, Minggu, 28 Oktober 2018, pertemuan uskup itu menyoroti peran perempuan agar mengambil posisi penting dalam musyawarah gereja. Sampai 2018, dari total 60 departemen di Vatikan, tidak ada satu pun yang dikepalai oleh perempuan. Dalam birokrasi Vatikan, hanya enam perempuan yang dipercaya memegang posisi sebagai pengambil keputusan.
“Forum telah merekomendasikan agar membuat setiap orang di gereja menyadari urgensi perubahan yang tak terhindarkan. Forum menyerukan kehadiran perempuan di gereja dalam berbagai level, bahkan diposisi pengambilan keputusan,” demikian bunyi dokumen kesepakatan.
Dalam dokumen kesepakatan tertulis, kalangan muda menilai gereja masih tertinggal dalam hal emansipasi perempuan. Gereja masih kurang dalam memberikan kesempatan pada perempuan untuk menjadi pengambil keputusan.