Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Iriana Jokowi Diolok-olok, PSI: Semua Ibu Tidak Layak Dihina karena Penampilan Fisiknya

PSI menilai pelaku unggahan olok-olok terhadap Ibu Negara iriana Jokowi harus dihukum agar bisa memberikan efek jera.

19 November 2022 | 10.18 WIB

Presiden Joko Widodo menggenggam tangan Ibu Negara Iriana saat menghadiri Welcoming Dinner and Cultural Performance KTT G20 di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) Badung, Bali, Selasa, 15 November 2022. Jokowi dan Iriana tampak mengenakan baju adat Bali saat menyambut kedatangan para pemimpin negara dan tamu undangan KTT G20. REUTERS/Willy Kurniawan/Pool
Perbesar
Presiden Joko Widodo menggenggam tangan Ibu Negara Iriana saat menghadiri Welcoming Dinner and Cultural Performance KTT G20 di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) Badung, Bali, Selasa, 15 November 2022. Jokowi dan Iriana tampak mengenakan baju adat Bali saat menyambut kedatangan para pemimpin negara dan tamu undangan KTT G20. REUTERS/Willy Kurniawan/Pool

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Unggahan olok-olok terhadap Ibu Negara Iriana Jokowi yang tengah berfoto bareng istri Presiden Korea Selatan viral di media sosial. Juru bicara Dewan Pimpnan Pusat Partai Solidaritas Indonesia atau PSI Mary Silvita mengatakan, seorang ibu tidak layak dihina karena penampilan fisiknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

PSI menyoroti cuitan pemilik akun @koprofiljati yang dianggap merendahkan istri Presiden Joko Widodo atau Jokowi itu. Meski telah dihapus, cuitan tersebut sudah telanjur menjadi perbincangan publik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akun @koprofiljati mengunggah foro Iriana Jokowi dengan Ibu Negara Korea Selatan Kim Keon Hee dengan keterangan, “Bi, tolong buatkan tamu kita minum.”, “Baik, Nyonya.”

PSI menilai cuitan bernada penghinaan tersebut dianggap tidak pantas, bukan hanya terhadap ibu negara, tetapi tidak pantas dilakukan terhadap semua ibu. 

Mary Silvita mengatakan ia tidak bisa memastikan siapa yang diposisikan sebagai Nyonya, dan siapa yang dipersepsikan sebagai Bibi atau pembantu dalam caption tersebut. Ia mengatakan kedua ibu dalam gambar tersebut, sebagaimana ibu-ibu lain di manapun tidak pantas dihina karena penampilan fisiknya. 

“Kami menduga ini adalah refleksi dari internalized inlander mentality yang menganggap bangsa lain lebih tinggi dari bangsanya sendiri,” kata Mary Silvita dalam keterangan tertulis, Jumat, 18 November 2022.

Mary juga mengatakan penghinaan terhadap tubuh perempuan, baik dalam konteks bercanda atau atas dasar motif politik bukanlah tindakan terpuji dan tidak boleh dibenarkan. “Kita tidak tahu apa motif dari cuitan bernada body shaming terhadap Ibu Iriana ini. Meskipun yang bersangkutan telah meminta maaf. Untuk kepentingan apapun menjadikan tubuh perempuan sebagai objek bukanlah sesuatu yang bisa diterima,” ujarnya.

Menurut Mary jika hal tersebut dilakukan atas dasar kebencian karena preferensi politik, ini juga menyedihkan. Ibu Iriana tidak ada sangkut pautnya dengan kegiatan politik suaminya, Jokowi. 

"Beliau juga tidak pernah bicara apa pun terkait politik, tidak pernah menyakiti siapa pun dalam konteks politik. Beliau hanya seorang ibu yang ingin menjadi dirinya sendiri dengan tampil sederhana. Sebagai seorang isteri dari orang nomor satu di Indonesia, ia bisa saja memilih tampil glamor. Tetapi ia memilih tampil sederhana dengan tetap menonjolkan ciri khas perempuan Indonesia. Ini adalah defenisi cantik yang sebenarnya menurut kami,” kata dia.

Mengingat dampak yang diakibatkan oleh perundungan di ruang publik sangat fatal, Mary mengimbau kepada semua pihak untuk tidak menjadi pelaku perundungan. Seseorang atau kelompok yang dengan sengaja mempermalukan dan menghina fisik orang lain di ruang publik harus dihukum agar memberikan efek jera. 

“Ingat, banyak kasus body shaming dan perundungan yang berakhir dengan bunuh diri, karena sangat menyakitkan. Jadi jangan main-main! Putus mata rantai perundungan dengan tidak menjadi pelaku perundungan. Kemudian juga harus ada konsekwensi yang tegas terhadap semua orang yang dengan sengaja mempermalukan dan menghina fisik orang lain di ruang publik,” kata dia.

Sebelumnya Direktorat Tindak Pidana Siber (Dirtipidsiber) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri sedang mencari identitas pemilik akun Twitter yang menghina istri Presiden Joko Widodo atau Ibu Negara Iriana Jokowi.

Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Adi Vivid Agustiadi Bachtiar mengatakan pihaknya sedang menyelidiki siapa pemilik di balik akun Twitter @koprofilJati. 

"Betul, kami sedang lidik identitas pelaku," kata Adi Vivid Agustiadi Bachtiar saat dihubungi, Jumat, 18 November 2022.

Sebelumnya akun Twitter bernama @KoprifilJati mencuit tentang foto Iriana Jokowi bersama Ibu Negara Korea Selatan  Kim Keon-hee. Foto itu diambil ketika pertemuan keduanya di KTT G20 di Bali.

"Bi, tolong buatkan tamu kita minum,"
"Baik, Nyonya," cuit @KoprifilJati. 

Cuitan itu pun diserbu warganet dan viral. Sebab menyebar luas, @Korpifiljati langsung menghapus cuitan tersebut.

"Sorry Gaes. Postingan dengan gambar ibu negara saya hapus. Kayanya banyak yang salah paham menganggap saya merendahkan orang di gambar tersebut," kata @KorprofilJati. 

Putra Iriana dan Jokowi, Kaesang, merespons klarifikasi @KorprofilJati dengan mencuit di Twitter, "Lha terus maksudmu gimana?". Sedangkan Gibran Rakabuming juga mencuit balasan, “Salah paham?”.

Akun Twitter @KorprofilJati saat ini sudah tidak aktif. Namun cuitan tentang Iriana Jokowi telah ditangkap layar oleh warganet dan tersebar di dunia maya.

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus