Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Saling Serang PDIP dan PKS, Pakar Politik: Dua Partai Beda Ideologi dan Basis Pendukung

Saling serang PDIP dan PKS masih berlanjut. Pengamat politik menyebut kedua partai punya basis ideologi yang sangat berbeda.

20 September 2022 | 13.05 WIB

Adi Prayitno, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, dalam paparan hasil survei terhadap 11 Capres potensial pada Pemilu 2024 di Jakarta, Minggu, 6 Maret 2022. Tempo/Fajar Pebrianto
Perbesar
Adi Prayitno, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, dalam paparan hasil survei terhadap 11 Capres potensial pada Pemilu 2024 di Jakarta, Minggu, 6 Maret 2022. Tempo/Fajar Pebrianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto agar PKS introspeksi diri sebelum mengkritik pemerintah soal kenaikan harga BBM berujung adu perdebatan dua kubu. Hasto sebelumnya meminta PKS melihat apakah Kota Depok berprestasi selama 10 tahun dipimpin kader partai itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Gayung bersambut. PKS pun mengumbar berbagai prestasi yang didapat Kota Depok salah satunya soal berkurangnya angka kemiskinan. PKS kemudian meminta PDIP melihat prestasi Kota Solo di bawah pimpinan Gibran Rakabuming Raka yang merupakan kader PDIP.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, kedua partai itu punya mazhab politik yang berbeda. PDIP dan PKS punya perbedaan fanatik soal ideologi dan basis pendukungnya.

"PKS itu mewakili kelompok islam yang sangat islam banget. Sementara PDIP mewakili nasionalis dan nasionalis banget," kata Adi saat dihubungi pada,Selasa, 20 September 2022.

Sebab itu, Adi menuturkan, PDIP dan PKS adalah partai yang sangat sulit dipertemukan. Partai yang diketuai Ahmad Syaikhu itu memiliki landasan ideologi Islam. Sedangkan, PDIP adalah kelompok yang berlandaskan nasionalisme. Sehingga, memiliki kepentingan yang berbeda. 

Meski demikian, Adi mengatakan, masalah dua kubu yang seperti minyak dan air itu hanya terjadi di tingkat pusat. Sementara di tingkat kabupaten, kota atau provinsi kadang kedua partai itu berkoalisi mengusung kepala daerah yang sama.

Pendapat yang sama juga diutarakan pengamat politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin. Dia mengatakan bahwa PDIP dan PKS hanya berbeda kepentingan politik. Menurut Ujang, salah satu yang membuat kedua partai itu tak bisa bersatu adalah persoalan politik di masa lalu. 

"PDIP pada zaman SBY itu berada di oposisi. Sedangkan PKS berada di belakang pemerintahan SBY," kata Ujang pada, Selasa, 20 September 2022. 

Muh Raihan Muzakki

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus