Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Dunia Segera Tak Andalkan Bahan Bakar Fosil  

Melihat transisi energi di masa lalu sering menghasilkan gambaran yang terlalu suram dan tidak perlu.

18 April 2016 | 13.01 WIB

Awalnya Lubang Pintu Neraka ini adalah lokasi penambangan minyak bumi di Turkmenistan yang ditemukan oleh ilmuwan Uni Soviet, Rusia pada tahun 1971. Dailymail.co.uk
Perbesar
Awalnya Lubang Pintu Neraka ini adalah lokasi penambangan minyak bumi di Turkmenistan yang ditemukan oleh ilmuwan Uni Soviet, Rusia pada tahun 1971. Dailymail.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah lembaga utama think tank energi di Inggris merilis artikel yang menyebutkan ketergantungan di seluruh dunia pada bahan bakar fosil bisa dihapus dalam satu dekade. 

Benjamin Sovacool, Direktur Energy Group Sussex di University of Sussex, percaya revolusi energi yang besar saat ini bisa berlangsung lebih singkat dibanding perubahan energi di masa lalu. “Tapi butuh usaha kolaborasi interdisiplin dan multi-skala,” katanya. 

Usaha tersebut, kata dia, harus dipelajari dari cobaan dan kegagalan sistem energi serta transisi teknologi sebelumnya. 

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam review jurnal Energy Research & Social Science, Sovacool menganalisis transisi energi sepanjang sejarah. Ia berpendapat melihat masa lalu sering menghasilkan gambaran yang terlalu suram dan tidak perlu. Pindah dari kayu ke batu bara di Eropa, misalnya, butuh waktu 96-160 tahun. Listrik butuh waktu 47-69 tahun untuk masuk ke penggunaan yang umum.

Masa depan, kata dia, bisa berbeda. Kelangkaan sumber daya, ancaman perubahan iklim dan pengetahuan teknologi, serta inovasi yang lebih baik bisa mempercepat pergeseran global untuk masa depan energi yang lebih bersih.

Penelitian ini menyoroti berbagai contoh transisi cepat yang sering diabaikan para analis. Misalnya, Ontario menyelesaikan pergeseran dari batu bara antara 2003 dan 2014, program energi rumah tangga utama di Indonesia butuh waktu tiga tahun untuk memindahkan dua pertiga dari penduduk dari kompor minyak tanah ke LPG, serta program tenaga nuklir Prancis melihat roket pasokan bertambah dari 4 menjadi 40 persen selama 12 tahun. 

Terdapat intervensi pemerintah yang kuat pada masing-masing kasus. Ditambah pergeseran perilaku konsumen. Hal ini sering didorong insentif dan tekanan dari stakeholder.

Sovacool mengatakan pandangan umum akan transisi energi yang berlarut-larut tidak selalu didukung bukti.

Menurut dia, perpindahan ke sistem energi yang lebih bersih membutuhkan perubahan signifikan dalam teknologi, regulasi politik, tarif, dan rezim harga. “Perilaku pengguna dan pengadopsi juga tak kalah penting,” tuturnya. 

Singkatnya, ia mengatakan penelitian memang menunjukkan bahwa catatan sejarah dapat membentuk pemahaman kita tentang transisi energi makro dan mikro. “Tapi hal itu tidak perlu menjadi dasar untuk memprediksi transisi energi di masa depan,” ucapnya. 

SCIENCE DAILY | TRI ARTINING PUTRI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tri Artining Putri

Tri Artining Putri

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus