Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Kala Upah Pengajar Al-Quran di Daerah Terpencil Minim

Upah guru mengaji di daerah terpencil masih minim. Bayarannya Rp 50 ribu per bulan atau bahkan tak dibayar.

15 Maret 2022 | 19.55 WIB

Warga membaca Al-Quran dengan penerangan listrik program listrik masuk desa daerah tertinggal di Dusun Jabal Antara, Aceh Utara, 1 November 2021. Bukan hanya untuk penerangan rumah pada malam hari, kehadiran listrik masuk desa membawa penerangan pada jalan-jalan desa yang sangat membantu setiap kendaraan yang lewat. ANTARA FOTO/RAHMAD
Perbesar
Warga membaca Al-Quran dengan penerangan listrik program listrik masuk desa daerah tertinggal di Dusun Jabal Antara, Aceh Utara, 1 November 2021. Bukan hanya untuk penerangan rumah pada malam hari, kehadiran listrik masuk desa membawa penerangan pada jalan-jalan desa yang sangat membantu setiap kendaraan yang lewat. ANTARA FOTO/RAHMAD

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Founder Pesantren Arrasyid sekaligus perwakilan Duta Quran Indonesia Heru dan Umi Mira mengungkapkan bahwa saat ini masih banyak guru mengaji yang mendapatkan upah di bawah Rp50.000 per bulan atau bahkan tak dibayar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Profil dari 802 pesantren binaan kami, itu juga menyelenggarakan pendidikan formal. Jadi levelnya dari tingkat SD sampai SMA. Jadi meskipun mereka sekolah, tapi mereka konsepnya sedekah," ungkap Mira pada Selasa, 15 Maret 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Heru atau yang akrab disapa Abi Heru menambahkan bahwa guru-guru ngaji di beberapa daerah mendapatkan bayaran rata-rata senilai Rp 50 ribu per bulannya. Menurut dia, guru mengaji di kota-kota besar bisa mendapat upah Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta.

"Jadi kalau di kota-kota biasanya kan ada guru ngaji di SDIT atau SMPIT itu mungkin di atas Rp1,5 juta hingga Rp2 juta. Tapi kalau di kampung-kampung, dari Sukabumi atau Cianjur, itu kurang lebih sekitar Rp 50 ribu per bulan," katanya.

Heru mengungkapkan upah kecil merupakan salah satu tantangan yang dihadapi pondok pesantren atau taman pendidikan Al-Quran. Mira menambahkan bahwa hanya 15 persen dari para pengajar yang menerima Rp 500 ribu atau lebih. Meski begitu, kata Mira, mereka tetap ikhlas sekalipun mengajar di wilayah terpencil.


"Meskipun mereka harus meninggalkan kampungnya dengan menaiki perahu, pindah ke daratan, naik lagi ke tempatnya. Biasanya mereka tidak menerima bayaran," katanya.

Oleh sebab itu, dalam acara peluncuran kampanye "Gaspoll Ramadhan 1443 H, Kita Tebar Jutaan Kebermanfaatan" yang diselenggarakan oleh ASAR Humanity, Heru dan Mira berharap gerakan-gerakan untuk membantu pihak pondok pesantren dapat turun meringankan tantangan yang mereka hadapi.

Duta Quran Indonesia saat ini membina 802 lembaga, baik pondok pesantren atau Rumah Tahfidz Qur'an yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan jumlah guru 2.500 orang dan santri mencapai 50.000 orang.

Baca juga:

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus