Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sam Allardyce memang bukan pelatih yang indah tapi diperlukan Inggris pada saat yang tepat. Negara yang sangat mengandrungi sedang dirundung duka. Tim sepak bola telah lama terpuruk. Dikalahkan Islandia pada 16 besar Euro 2016 dan tersisih dalam babak utama penyisihan grup Piala Dunia 2014.
Trofi Piala Dunia 1966 yang mereka raih kini masih terasa lama untuk bisa diraih lagi. Ironisnya hal itu terjadi ketika pusat industri sepak bola dunia semakin bergeser ke tempat mereka. Lihat musim ini, misalnya, bagaimana Manchester United membuat Paul Pogba menjadi pemain termahal di dunia saat ini.
Prestasi terakhir dari Inggris yang berwibawa adalah peringkat keempat Piala Dunia 1990. Saat itu wajah sepak bola Inggris memang berwajah yang lain dari biasanya yaitu bercokolnya para pemain seniman seperti Paul Gascoigne –sampai sekarang belum ada gelandang Inggris yang seindah itu bakatnya-, Chris Waddle, dan kiper Peter Shilton. Manajernya juga istimewa, Bobby Robson. Setelah itu, maaf, hanya para medioker di kursi manajer seperti Kevin Keegan, Terry Venables, Peter Taylor, Glen Hoddle, Roy Hogdson, dan Steve McLaren.
Jika tidak bisa bermain secara atraktif, lebih baik efisien tapi lebih solid dan lebih banyak menang. Mungkin harapan itu ada pada Allardyce. Pria berusia 61 tahun ini kenyang di tim papan menengah Liga Primer Inggris seperti Bolton, Sunderland, West Ham, Newcastle, Blackpool, dan Notts County.
Sekali waktu, Allardyce pernah dikritik pakai taktik kuno, umpan bola-bola panjang langsung ke gawang yang mengingatkan sebutan terkenal di gaya klasik tim-tim sepak bola Inggris yaitu kick and rush. Ia membantah melatih asal-asal dan hanya berdasarkan naluri. “Saya memakai metode sepak bola modern, teknologi, dan statistik,” kata pria asal Dudlex, Inggris ini.
Posisi bermainnya dulu adalah bek di klub-klub tipikal Inggris yang “keras” Bolton Wanderers, Coventy City, dan West Brom, untuk menyebut beberapa nama. Dan, tidak pernah masuk tim nasional Inggris. Tapi, mungkin justru di situ kelebihannya. Allardyce menjanjikan karakter yang lebih jelas dan keras yang dibutuhkan untuk membawa Inggris menang dan bukan untuk bermain cantik.
Meski akan mengumumkan nama-nama pemainnya untuk pertama kali setelah pertandingan Liga Primer Inggris 28 Agustus 2016, Allardyce sudah memastikan kiper Joe Hart yang dibuang Manajer Manchester City, Pep Guardiola, akan tetap masuk skuad. Allardyce bisa mewakili perasaan para pemain dan pelatih asal Inggris yang semakin tergeser posisinya dengan semakin mengglobalnya Liga Primer Inggris saat ini.
Sedangkan debut kepemimpinan Allardyce pada pertandingan tim Inggris akan terjadi pada babak kualifikasi Piala Dunia 2018 di Slovakia pada 4 September 2016. Setelah itu, pasukan Allardyce akan melanjutkan penampilannya pada kualifikasi Piala Dunia, Oktober, yaitu melawan Malta di Wembley dan melawan tuan rumah Slovenia.
Allardyce meninggalkan jabatannya sebagai manajer Sunderland dan sudah sepakat menggantikan Roy Hodgson sebagai manajer Inggris dengan menandantangani kontrak dua tahun pada Juli lalu. Pelatih asal Inggris berusia 61 tahun ini baru saja menunjuk asisten manajer Leicester, Craig Shakespeare, sebagai pelatih pertama tim nasional Inggris yang baru. Shakespeare bergabung dengan Sammy Lee sebagai asisten manajer dan Martyn Margetson sebagai pelatih kiper.
PRASETYO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini