Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Liga Indonesia

Trauma dan Merasa Terteror, Odemwingie Hengkang dari Indonesia

Marquee Playar Madura United FC Peter Osaze Odemwingie memilih memutus kontrak dengan klub tersebut.

11 November 2017 | 20.40 WIB

Madura United juga tidak mau kalah dengan tim lainnya dengan merekrut mantan penyerang West Bromwich Albion dan Stoke City yaitu Patrick Osaze Odemwingie. Dengan kehadiran Odemwingie agar mampu membuat tim Madura United dapat mewujudkan ambisi klub finish di papan atas. Instagram.com
Perbesar
Madura United juga tidak mau kalah dengan tim lainnya dengan merekrut mantan penyerang West Bromwich Albion dan Stoke City yaitu Patrick Osaze Odemwingie. Dengan kehadiran Odemwingie agar mampu membuat tim Madura United dapat mewujudkan ambisi klub finish di papan atas. Instagram.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Marquee Playar Madura United FC Peter Osaze Odemwingie memilih memutus kontrak dengan klub tersebut. Ia merasa bermain di Indonesia sangat berisiko terutama setelah melihat insiden di Stadion Gelora Bangkalan (SGB) saat Madura menjamu Bhayangkara FC, 8 November lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Hal ini disampaikan langsung kepada saya dan ia merasa sangat berisiko dan khawatir bermain di Indonesia," kata Presiden Klub Madura United FC Achsanul Qosasi dalam keterangan persnya kepada media di Pamekasan, Jatim, Sabtu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Achsanul menjelaskan, keputusan Peter untuk tidak bermain lagi di Indonesia, karena trauma dengan kejadian di Stadion Gelora Bangkalan, saat klub sepak bola itu, menjamu Bhayangkara FC. Peter merasakan admosfir pertandingan yang tidak fair, serta adanya aksi provokasi dari tim lawan sejak awal pertandingan. Apalagi ditambah dengan keputusan wasit yang selalu merugikan dirinya.

AQ menjelaskan, Madura United sebenarnya mengontrak Peter untuk dua musim, yakni pada musim kompetisi tahun ini dan untuk kompetisi 2018. "Dan Peter bermaksud mengembalikan DP yang telah kami bayar kepada dia, saat merasakan admosfir pertandingan yang tidak fair di Indonesia, terutama saat Madura United menjamu Bhayangkara FC itu," ujar pria yang biasa disapa AQ itu.

Selain tekanan terhadap pemain, saat laga itu, tim tamu juga terlihat menekan tim Madura United dengan menggerakkan semua personel polisi masuk ke lapangan dengan dalih untuk melakukan pengamanan.

Padahal saat pertandingan antara Madura United FC melawan Bhayangkara FC digelar, laga tanding Madura United FC dengan Bhayangkara FC diberi sanksi oleh PSSI tanpa penonton dan suporter.

Tidak hanya itu, yang paling membuat Peter merasa tidak nyaman bermain di Indonesia, saat rombongan petugas memasuki kamar ganti pemain Madura United yang menurutnya itu sudah di luar batas kewajaran di klub sepak bola.

Selain itu, keberadaan anggota polisi dalam jumlah banyak masuk ke Stadion Gelora Bangkalan yang sebelumnya mengaku hendak mengamankan pertandingan, tapi justru menjadi penonton dan suporter tim lawan, dinilai Odemwingie sebagai bentuk pelaksanaan kompetisi di Indonesia yang tidak sehat.

"Kejadian di SGB Bangkalan saat Madura United menjamu Bhayangkara FC dengan tekanan dan intimidasi dari petugas yang luas biasa itulah yang membuat Peter trauma dan dia berpandangan akan terjadi selama seperti itu, karena pelakunya adalah klub sepak bola yang dikelola oleh institusi negara," ujar Achsanul Qosasi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus