KARCIS seharga Rp 6000, Rp 5000 dan Rp 3000, disikat oleh para
muda yang memenuhi gedung berkapasitas 4.000 tempat duduk itu.
Ini terjadi malam Minggu 17 Maret, di Balai Sidang Senayan,
Jakarta, ketika Prambors Show Enterprises dan Musica Studio
menyelenggarakan pergelaran musik karya Yokie S. Modal mereka Rp
14 juta. Dilihat dari jumlah kursi dan karcis, dari segi showbiz
ini acara yang sukses.
Lagi pula malam yang disebut 'Musik Saya Adalah Saya' itu,
diselenggarakan rapi. Hanya saja terlambat sampai setengah jam
--jadi tidak rapi. Untung saja penonton agak jinak, sehingga
panitia tidak perlu menghadapi protes. Mereka juga dengan patuh
berdiri tatkala Idris Sardi dengan orkes besarnya (30 pemain)
membawakan Indonesia Raya.
Tak kurang 15 buah lagu Jokie dibawakan malam itu. Semuanya
dengan tehnik rekaman balik. Para penyanyi yang ambil bagian
antara lain Andy Meriam Matalata, Rafika Duri, Bram Manusama,
Harvey, Chrisye, Keenan, dan Achmad Albar. Lima lagu dinyanyikan
oleh Chrisye. Tapi yang paling menonjol justru Mesin Kota dan
Jurang Pemisah yang dinyanyikan Achmad Albar. Dengan gaya
penampilan yang enak, sinkron dan penuh ekspresi, kribo ini
meloncat malam itu dengan matangnya. Chrisye sebenarnya tidak
jelek -- tapi ini rekaman balik. Padahal anak muda yang merdu
suaranya itu jauh lebih menarik di dalam kaset.
Akan Idris Sardi, ia tak banyak memberi andil. Seluruh
pertunjukan yang berlangsung sekitar 2 jam ini lebih merupakan
arak-arakan yang bcrusaha menjalin lagu, tari, pembacaan puisi,
dan dagelan. Tetapi perekarnya kurang ketat. Sehingga di samping
lamban, terasa terputus-putus. Keenan dan Jokie sendiri
mengakui. "Kita cuma ingin agar orang tahu, bahwa musik kita ini
begini ini. Kalau nantinya berkembang, ya masih tetap begitu,
tidak ditentukan oleh permintaan orang," kata Keenan kepada
Muthalib dari TEMPO.
Tapi malam penampilan itu memang membawa harapan baik buat musik
pop ada "maksud-maksud positif". Seperti diungkapkan Keenan,
Jokie bicara tentang musik sebagai tuan rumah di negeri sendiri.
"Saya ingin tetap punya kesempatan dan kebebasan mencipta tanpa
desakan pihak lain," ujarnya. "Musik saya ini hampir menjadi
tuan rumah, meskipun rumahnya masih kontrakan sifatnya."
Diketahui, belakangan ini memang lahir barisan baru dalam musik
pop. Di situ tergabung Chrisye, Keenan, Jokie, Guruh, Eros,
Junaedi Salat dan sebagainya. Musik mereka komunikatif dengan
remaja masa kini, di samping ada mencoba mengungkapkan sesuatu
yang lebih dalam dan membangkitkan semangat patriotik. "Yang
penting bagi saya, musikus punya prinsip dalam musiknya. Karena
itulah menurut saya orang seperti Oma Irama itu sudah patut
mengatakan musiknya adalah miliknya," ujar Yokie. Dengan
mementaskan musik itu di panggung, juga kelihatan bahwa cara
menyanyi pun sekarang ini berbeda.
Dari pihak penyelenggara, muncul alasan keberanian apa yang
menggerakkan mereka untuk mengumbar duit begitu banyak --
padahal kemudian mengaku, di segala sektor rerjadi kelebihan
pengeluaran. "Yang penting buat saya sebagai usaha kaderisasi
untuk suatu manajemen shovbiz," kata Dicky 1. Suryokusumo yang
menjabat ketua panitia.
Hanya, penonton yang semula datang untuk melihat jago-jago
mereka, tampak banyak juga yang kecewa. "Kalau cuma play back
doang, mendingan dengerin kasetnya saja," ujar seorang penonton
muda. Keluhan ini kelihatan remeh, tapi mungkin akan jadi
penting di masa datang. Teknik rekaman balik memang
menguntungkan pemain lebih menjamin musik -- dari kecelakaan
temporer pada suara maupun gangguan tata suara yang tidak becus,
yang sering sekali terjadi. Tapi ia menuntut ketrampilan yang
lain dari penyanyi sehingga penonton tak perlu merasa dongkol
benar dikibulin: hanya melihat penyanyi yang mangap-mangap.
Memburu Duit
Beberapa tahun lalu, di Istora Senayan PAPIKO pernah
menyelenggarakan pertunjukan yang juga rekaman seluruhnya.
Antara lain waktu itu Titiek Puspa menyanyikan O Yoke dengan
gaya menarik. Juga belum lama, Guruh dan Swara Mahardhika tampil
diBalai Sidang - separuhnya rekaman. Waktu itu juga tampil
Achmad Albar menyanyikan Anak Jalanan dengan gaya yang bagus dan
dialah memang contoh penyanyi yang bagus di panggung baik
langsung maupun lewat rekaman.
'Musik Saya Adalah Saya' jadi pengantar agar para penyanyi mulai
memperhatikan sinkronisasi dan gaya penampilan ini. Soal
keberesan penyelenggaraan rupanya sudah mulai digarap. Tapi
komposisi keseluruhan acara juga mmerlukan pemikiran lebih
matang - kalau dunia kaset tahun ini memang mulai dicairkan
dengan penampilan panggung.
"Dengan penampilan ini sebetulnya kita juga ingin menunjukkan,
bahwa kita bisa main lebih tinggi dari yang dipikirkan orang
sekarang. Kebetulan kami memang tidak pernah diminta memainkan
musik yang seselera dengan mereka," ujar Keenan. Yang dimaksud
dengan "mereka" adalah para produser yang maunya hanya memburu
duit dengan memanfaatkan selera vulgar. Ditegaskan lebih lanjut
oleh Jockie, bahwa malam itu pada akhirnya memang dengan sengaja
dimaksudkan sebagai reaksi terhadap para produser kaset.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini