Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini, sejumlah negara terlibat perang dagang dan hubungan diplomatik yang memburuk. Namun, pemerintah Indonesia dan India kini justru memupuk hubungan yang lebih erat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Bloomberg, Kamis 17 Oktober 2019, pemerintah Indonesia berencana untuk memangkas pajak impor benang India menjadi 0 persen dari 5 persen. Bulan lalu, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perubahan peraturan tentang kualitas gula yang diimpornya, sebuah langkah yang diperkirakan akan menguntungkan India.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbeda dengan Indonesia, hubungan India dan Malaysia telah memburuk karena kritik negara Asia Tenggara ini terkait Kashmir. India dikabarkan mempertimbangkan untuk membatasi impor beberapa produk dari Malaysia termasuk minyak kelapa sawit.
Hal tersebut merupakan reaksi terhadap pernyataan pemimpin negara Asia Tenggara itu yang mengkritik pemerintah India secara keras atas tindakannya di Kashmir.
Pemerintah India dikabarkan marah setelah Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pada bulan lalu menuduh India telah menyerbu dan menduduki Kashmir. Akibatnya, India berencana mengganti minyak sawit Malaysia dengan pasokan minyak nabati dari negara-negara lain seperti Indonesia.
“India akan menggantikan impor minyak sawit Malaysia dengan membeli lebih banyak dari Indonesia dan meningkatkan pasokan minyak nabati dari Ukraina,” ujar Bipul Chatterjee, yang mengepalai Pusat Perdagangan Internasional, Ekonomi dan Lingkungan di Jaipur, India.
Seperti dilansir Bisnis, Jumat 18 Oktober 2019, sebagai tanda hubungan yang lebih hangat antara India dan Indonesia, Perdana Menteri Narendra Modi dan Presiden Joko Widodo saling bertukar saat kunjungan ke negara masing-masing. Kedua negara penghasil komoditas kelas berat tersebut telah menetapkan target perdagangan senilai US$50 miliar pada tahun 2025. Oleh karenanya, hambatan dari sisi tarif dan non-tarif perlu dihilangkan.
Dalam suatu pertemuan bilateral di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Osaka, Jepang, pada akhir Juni 2019, Presiden Jokowi secara khusus meminta PM Modi untuk memberi perhatian lebih atas penerapan tarif impor baru terhadap ekspor kelapa sawit Indonesia.
“Kita perlu mendorong Menteri Perdagangan kita untuk terus lanjutkan pembahasan guna mencapai win-win solution, termasuk proposal trade-off minyak sawit dengan komoditas lainnya,” tegas Jokowi pada Juni 2019.
Tahun 2019 menjadi momen perayaan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Hubungan Indonesia-India yang telah terjalin berpuluh tahun lamanya tersebut pun menguat. India, pembeli minyak kelapa sawit utama dunia, menyesuaikan beberapa tarif impor untuk produk kelapa sawit. Ini jelas menguntungkan pengiriman CPO Indonesia.
Kini Indonesia tengah berupaya membalasnya dengan potensi membeli lebih banyak gula dan benang dari India. Negeri Hindustan ini memang dikenal sebagai produsen utama kedua produk tersebut.
Sebelum tensi India-Malaysia, sejumlah negara besar telah lebih dahulu bergumul dalam perang dagang yang berlarut-larut. Jepang dan Korea Selatan berselisih mengenai sejarah pahit masa kolonisasi. Sementara perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina yang telah menggoyang pasar selama lebih dari setahun terakhir, tetap menghantui ekonomi global terlepas dari beberapa progres yang dicapai.
BISNIS