Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis emiten-emiten baru tahun ini akan tetap mampu mendulang dana yang cukup sesuai dengan target masing-masing melalui aksi penawaran umum perdana (initial public offering atau IPO) saham tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tito Sulistio, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, mengatakan pihaknya selalu mendorong emiten sedini mungkin menggelar penawaran umum perdana saham.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, cepat atau lambatnya proses penawaran umum perdana masing-masing emiten, sangat bergantung pada kesiapan emiten dan kelancaran proses pelengkapan persyaratan.
Tito optimistis tahun ini BEI bisa menjaring 35 emiten baru. BEI dari hari ke hari selalu mendatangi perusahaan-perusahaan yang potensial untuk diajak IPO guna mengejar target BEI meningkatkan kapitalisasi pasar saham Indonesia mencapai Rp 10 ribu triliun pada akhir 2019.
“Kemarin salah satu (startup) unicorn datang ke saya. Kami selalu encourage mereka. Kami tiada hari tanpa ketemu calon emiten. Lebih dari 200 (perusahaan), yang sudah ngobrol, mini ekspose. Tapi kami tidak bisa paksa dia,” kata Tito, Selasa, 16 Januari 2018.
Tito mengatakan tahun ini memang cukup menantang bagi pasar modal. Sebab, di pasar global terjadi persaingan sengit perebutan modal. Terutama pada semester kedua tahun ini, perebutan modal akan cukup ketat, apalagi di Indonesia.
Mulai awal tahun, pasar modal menghadapi tantangan pengetatan likuiditas karena penarikan dana dari bank oleh masyarakat untuk sejumlah kepentingan, seperti pilkada, Asian Games, persiapan pilpres, piala dunia, dan pembayaran pajak.
Cepat atau lambatnya uang beredar itu masuk kembali ke sistem perbankan atau pasar modal akan menentukan kinerja ekonomi nasional.
Tito mengatakan pasar modal Indonesia belum memiliki pengalaman menghadapi hal-hal tersebut sekaligus. Namun dirinya tetap yakin rencana IPO sekitar 35 emiten baru tahun ini tidak akan terganggu. “Semua orang uangnya sudah dibagi-bagi. Kalau spending naik, ekonomi naik,” katanya.