Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketika Guus Hiddink membuat Ahn Jung-hwan dan kawan-kawan berani mempermainkan bola lebih lama dengan dukungan penguasaan teknik yang baik pada Piala Dunia 2002, banyak orang masih memandang sinis sukses Korea Selatan mencapai semifinal. Pasalnya, mereka tuan rumah bersama Jepang. Tapi, aksi Son Heung-min dinihari tadi menegaskan kembali kehebatan sepak bola Korea Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di stadion milik Tottenham Hotspur yang baru di London, Inggris, dinihari tadi, Rabu 10 April 2019, penyerang Korea Selatan yang membawa timnya meraih medali emas pada Asian Games 2018 di Indonesia itu mencetak satu-satunya gol kemenangan Tottenham melawan Manchester City pada perempat final pertama Liga Champions.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Son Heung-min menunjukkan karakter seorang penyerang sepak bola moder, yaitu bergerak ke seluruh penjuru lapangan tanpa lelah, tidak egois, tapi jeli melihat dan memanfaatkan setiap peluang membobol gawang lawan, sekecil apapun.
Peran dan tanggung jawab Son Heung-min sebagai ujung tombak Spurs dan harapan manajer Mauricio Pochettino kian besar dinihari tadi, setelah Harry Kane ditarik keluar karena cedera.
Penegasan bahwa sukses Korea Selatan menembus semifinal Piala Dunia 2002 bukan karena sekadar sangat diuntungkan sebagai tuan rumah seperti diingatkan kembali ketika Son Heung-min dan kawan-kawan merontokkan Jerman pada fase grup putaran final Piala Dunia 2018.
Kecepatan, stamina kuat untuk terus bergerak, serta kesigapan adalah ciri khas Son Heung-min di Tottenham Hotspur sebagaimana ciri khas para seniornya, Ahn Jung-hwan cs dan Park Ji-sung yang kini menjadi duta besar Manchester United setelah gantung sepatu.