Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Hukum

Kasus Bupati Kutai Timur, ICW: Dinasti Politik Penyakit Demokrasi

Bupati Kutai Timur Ismunandar ditangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi karena diduga menerima suap.

5 Juli 2020 | 17.12 WIB

Bupati Kutai Timur, Ismunandar, resmi memakai rompi tahanan seusai terjaring OTT KPK kepada awak media, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 3 Juli 2020.  Penyidik juga menahan Kepala Bapenda Kutim, Musyaffa, Kepala BPKAD, Dedy Febriansara, Kepala Dinas PU, Aswandini dan dua orang tersangka pemberi suap, Aditya Maharani dan Deky Aryanto. TEMPO/Imam Sukamto
Perbesar
Bupati Kutai Timur, Ismunandar, resmi memakai rompi tahanan seusai terjaring OTT KPK kepada awak media, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 3 Juli 2020. Penyidik juga menahan Kepala Bapenda Kutim, Musyaffa, Kepala BPKAD, Dedy Febriansara, Kepala Dinas PU, Aswandini dan dua orang tersangka pemberi suap, Aditya Maharani dan Deky Aryanto. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Corruption Watch berpendapat kasus korupsi yang menjerat Bupati Kutai Timur Ismunandar tak bisa dilepaskan dari problem dinasti politik di Indonesia. ICW berpendapat dinasti politik yang ada di Kutai Timur ibarat penyakit dalam sistem demokrasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Dinasti politik memang jadi penyakit dalam demokrasi,” kata peneliti ICW, Donal Fariz, lewat keterangan tertulis, Ahad, 5 Juli 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti diketahui, Ismunandar dan istrinya Encek UR Firgasih yang juga Ketua DPRD Kutai Timur ditangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi karena diduga menerima suap. KPK menduga, Ismunandar dan Encek serta, 3 pejabat dinas di Kutai Timur menerima suap dengan mengatur jatah proyek di wilayah yang mereka pimpin.

Menurut KPK, Ismunandar berperan menjamin kepada kontraktor bahwa anggaran proyek tidak akan dipotong. Sedangkan, Encek diduga mengintervensi penunjukan pemenang lelang proyek.

Donal mengatakan dinasti politik yang muncul di Kutai Timur itu bersumber pada masalah kepartaian yang dikelola secara tidak demokratis. Walhasil, figur-figur yang disodorkan partai untuk menjadi pejabat publik seringkali bermasalah, seperti mantan narapidana kasus korupsi atau dari kelompok dinasti.

Dia mengatakan partai politik perlu berbenah. “OTT kemarin saya lihat problem yang tidak akan berhenti sepanjang partainya tidak dibenahi,” ujar dia.

Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango meminta masyarakat belajar dari kasus di Kutai Timur. Dia bilang ada peran masyarakat dari terpilihnya suami-istri menjadi pejabat eksekutif, sekaligus pimpinan legislatif. “Silahkan masyarakat mengambil pembelajaran,” kata dia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus