Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kata Pakar Soal Kaitan Keputusan Ganjar Jadi Oposisi dengan Sikap PDIP

Pakar menilai sikap oposisi Ganjar akan bermakna bila PDIP juga mengambil jalan yang sama.

8 Mei 2024 | 12.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ganjar Pranowo telah mendeklarasikan diri sebagai oposisi di pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka saat acara halalbihalal sekaligus pembubaran Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud di Rumah Pemenangan, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 6 Mei 2024. Mantan calon presiden pada Pilpres 2024 ini mengatakan dia menjadi oposisi untuk menegakkan mekanisme pemeriksaan dan keseimbangan terhadap kebijakan pemerintah. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pakar ilmu politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) Ardli Johan Kusuma menilai pernyataan sikap oposisi Ganjar akan bermakna bila Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP juga memiliki sikap sama dengan Ganjar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Untuk individu, seperti yang dilakukan oleh Ganjar, maka pernyataannya sebagai oposisi akan bermakna jika kemudian itu diamini dan diambil sebagai sebuah sikap oleh partai yang menaunginya, yaitu PDIP,” kata Ardli saat dihubungi dari Jakarta, Selasa, 7 Mei 2024 seperti dikutip Antara.

Menurut Ardli, sikap Ganjar itu baru akan berpengaruh terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran bila PDIP telah resmi menyatakan sikap politiknya ke depan.

“Berpengaruh atau tidaknya pernyataan Ganjar yang akan menjadi oposisi tergantung pada keputusan partainya, yaitu PDIP, yang mana jika PDIP memang memutuskan akan menjadi oposisi tentunya akan menjadi tantangan tersendiri yang akan dihadapi pemerintahan mendatang,” ujar dia.

Dia menyebutkan pengaruh tersebut dapat terjadi karena PDIP merupakan salah satu partai yang berpengalaman menjadi oposisi yang efektif bagi pemerintahan kala itu.

“Bila kita merujuk pada pengertian oposisi dalam arti sempit, maka peran oposisi hanya bisa diambil oleh partai politik karena oposisi dalam konteks sebuah sistem demokrasi adalah sebuah posisi berlawanan dengan pemerintah, terutama dalam hal kebijakan, yang mana peran itu besar potensinya hanya bisa dilakukan oleh sebuah partai politik melalui pertarungan di parlemen,” kata dia menjelaskan.

Dia mengatakan, sebagai individu, Ganjar hanya bisa menjalankan perannya sebagai masyarakat sipil bila memutuskan menjadi oposisi selama pemerintahan 2024-2029.

“Tentunya juga memiliki akses untuk memberikan masukan atau melakukan kontrol, bahkan memberikan kritik kepada pemerintahan mendatang melalui saluran-saluran, baik formal maupun informal. Akan tetapi, dalam konteks demokrasi, peran oposisi akan efektif jika dilakukan oleh sebuah partai politik, bukan individu,” ujarnya.

Selanjutnya, Hasto Sebut Pernyataan Ganjar Cerminan Sikap PDIP...

Menanggapi deklarasi Ganjar menjadi oposisi di pemerintahan Prabowo-Gibran, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan tindakan Ganjar sebagai cerminan sikap partai berlambang kepala banteng itu.

“Ya, tentu saja (mencerminkan sikap partai), karena ini merupakan sikap kenegarawanan, sikap yang sangat baik bahwa pemilu pun tidak pernah melunturkan sikap dari PDI Perjuangan, PPP, Perindo, dan Hanura,” kata Hasto menyebutkan partai-partai pengusung pasangan Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024. Dia menyampaikan hal itu usai acara pembubaran TPN Ganjar-Mahfud.

Apalagi, kata Hasto, Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai persoalan. Di antaranya masalah pangan, investasi, lapangan pekerjaan, hingga pertarungan geopolitik global dan dampak perubahan iklim.

“Semua membutuhkan uluran gotong royong dari seluruh komponen bangsa. Itulah energi yang akan diberikan,” ucap politikus asal Yogyakarta ini.

Hasto mengklaim sikap tersebut juga yang mendorong Ganjar dan Mahfud untuk tetap berdedikasi kepada bangsa dan negara meski tidak bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Menurut Hasto, ruang pengabdian itu memiliki dimensi yang luas. 

“Misalnya, di dalam memperjuangkan tegaknya supremasi hukum, memperkuat meritokrasi agar berjalan, berlembaga, dan terlebih saat ini juga sedang dilakukan persiapan pilkada serentak,” ujar dia.

Dia mengatakan Pemilu 2024 menjadi pelajaran berharga bagi demokrasi di Indonesia. Khususnya, tentang bagaimana kedaulatan yang ada di tangan rakyat tidak boleh dirampas dengan cara apa pun.

SULTAN ABDURRAHMAN | ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus