Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Seberapa Besar Soliditas Koalisi Pilpres di Kontestasi Pilkada

Koalisi partai saat pemilihan presiden berupaya solid mengusung calon dalam kontestasi pilkada. PDIP bersikap realistis.

5 Juni 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Gerindra merekomendasikan Ridwan Kamil untuk pilkada Jakarta.

  • Kaesang Pangarep disebut-sebut disiapkan dalam perhelatan pilkada sebagai Wali Kota Solo.

  • Perhelatan pilkada serentak 2024 memang sarat nuansa pilpres.

KONTESTASI pemilihan presiden (pilpres) telah selesai dan dilanjutkan dengan persiapan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada November 2024. Partai-partai pengusung calon kepala daerah berupaya solid sama seperti koalisi partai saat perhelatan pilpres.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan telah merekomendasikan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk maju menjadi calon Gubernur Daerah Khusus Jakarta. Nantinya, Ridwan Kamil atau sering disapa kang Emil disandingkan dengan figur yang bakal diusung Partai Gerindra.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dasco hakulyakin Partai Golkar, partai induk Ridwan Kamil, akan sependapat dengan rekomendasinya tersebut. "Bukan berbeda, tapi pasti akan sama (dengan Golkar), bahwa Ridwan Kamil akan direkomendasikan maju di pilkada Jakarta," ujar Dasco di Kompleks Parlemen, Senayan, pada 4 Juni 2024. "Gerindra sudah putuskan dan diberikan rekomendasi Kang Emil untuk maju di pilkada Jakarta."

Rencana menyandingkan Ridwan Kamil dengan calon dari Partai Gerindra, menurut Peneliti Senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, menjadi penanda bahwa Koalisi Indonesia Maju (KIM), koalisi partai politik pengusung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, disebut tetap solid, meski perhelatan pilpres telah rampung. “Artinya akan terbentuk koalisi panjang pada pilkada ini,” ujar Usep saat dihubungi pada Selasa, 4 Juni 2024.

Menurut Usep, dibandingkan dengan koalisi partai lainnya, KIM terus berupaya menjaga eksistensi koalisi agar terus terpandang solid. Hal ini, misalnya, juga ditampakkan dengan partai politik di Koalisi Indonesia Maju memberikan dukungan kepada pasangan calon gubernur dan wakilnya, Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak, dalam pilkada Jawa Timur. Pasangan Khofifah-Emil Dardak memperoleh rekomendasi dukungan untuk maju sebagai pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Timur dari Partai Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Demokrat, dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di Kantor Presiden, Jakarta, 2019. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

Saat perhelatan pilpres, KIM berisikan Partai Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PSI, Partai Bulan Bintang (PBB), Gelora, dan Prima. Sedangkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) membentuk koalisi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo) yang mengusung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Adapun Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) membentuk koalisi pengusung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Koalisi ini dinamai Koalisi Perubahan.

Kesolidan itulah, kata Usep, yang menjadi sinyal bahwa perhelatan pilkada serentak seakan-akan bakal menjadi palagan kedua pilpres 2024. “Nuansa tarung ulang akan tersaji di pilkada serentak kali ini,” ujar Usep.

Pengamat politik Ujang Komarudin mengatakan langkah Gerindra yang merekomendasikan Ridwan Kamil untuk maju di Jakarta menjadi sinyal bahwa Jakarta menjadi salah satu wilayah strategis yang harus dimenangkan oleh koalisi. Sehingga tak mengherankan jika Gerindra menginginkan figur seperti Ridwan Kamil untuk berlaga di bekas wilayah ibu kota ini. Elektabilitas dan popularitas disebut Ridwan Kamil cukup tinggi. "Tentunya akan ketat pula persaingan kandidat nantinya,” ujar pengajar dari Universitas Al Azhar Indonesia itu.

Seorang narasumber Tempo di kubu Prabowo-Gibran mengatakan keputusan Dasco untuk mengusung Ridwan Kamil maju dalam palagan pilkada Jakarta bukan hanya untuk membuktikan bahwa partai-partai yang berkoalisi di KIM masih solid. Menurut narasumber itu, hal ini sejatinya menjadi opsi alternatif setelah upaya untuk mengusung Wakil Ketua DPP Partai Gerindra Budisatrio Djiwandono dan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep yang juga putra bungsu Presiden Joko Widodo alias Jokowi sebagai pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta tak bersambut.

Cek Ombak Pasangan Budisatrio-Kaesang

Menurut relawan kubu Prabowo-Gibran ini, meski diuntungkan dengan adanya putusan Mahkamah Agung soal syarat usia calon kepala daerah, Kaesang dinilai belum memiliki elektabilitas dan popularitas yang cukup. Kaesang disebut belum cukup mumpuni untuk bersaing dengan sejumlah nama potensial yang bakal maju dalam pilkada Jakarta, misalnya Anies Baswedan ataupun Ridwan Kamil. “Belum lagi calon yang akan diusung PDIP. Peluangnya minim jika dipaksakan,” kata sumber itu.

Sufmi Dasco Ahmad belum bisa dimintai konfirmasi hingga berita ini ditulis. Kendati begitu, Dasco menyebutkan, alasannya mengunggah foto Budisatrio Djiwandono dan Kaesang Pangarep maju dalam pemilihan Gubernur Jakarta 2024 untuk melihat reaksi publik. “Untuk pilkada Jakarta banyak aspirasi. Saya kemudian meng-upload untuk cek ombak,” ujar Dasco.

Cek ombak tersebut, kata Dasco, termasuk dilakukan terhadap Budisatrio dan Kaesang. Namun Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto ternyata meminta Budisatrio berfokus di parlemen. Dasco mengatakan Gerindra saat ini masih mempertimbangkan kader internal lain yang akan dimajukan ke pemilihan Gubernur Jakarta. “Pada saatnya itu akan disampaikan ke publik,” kata Dasco.

Adapun Kaesang mengatakan partainya memang memiliki peluang untuk mengusung figur dalam pilkada Jakarta. Berdasarkan hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU), partai berlambang bunga mawar ini memenuhi syarat untuk mengusung calon dengan raihan delapan kursi di DPRD Jakarta. “Tapi kalau ditanya saya maju atau tidak, tunggu kejutannya di bulan Agustus,” ujar Kaesang.

Pada Senin lalu, seusai rapat kabinet, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengatakan Presiden Joko Widodo tak mengharapkan putra bungsunya itu maju menjadi calon di pilkada Jakarta. Namun Zulkifli Hasan atau Zulhas tak merinci alasan Presiden Jokowi tak mengharapkan pencalonan Kaesang. “Waduh, jangan, Pak Zul,” ujar Zulkifli menirukan perkataan Presiden Jokowi.

Seorang relawan Presiden Jokowi dan kubu Prabowo-Gibran mengatakan Presiden tak berharap Kaesang berlaga di Jakarta, tapi relawan tetap berupaya mendorong Kaesang maju berkontestasi di pilkada tingkat kabupaten/kota. Relawan itu berharap Kaesang meneruskan jalan karier politik ayah dan kakaknya, Gibran, sebagai Wali Kota Solo. “Agar pengalaman politiknya terbangun,” kata relawan ini.

Wakil Dewan Pembina PSI Grace Louisa Natalie tak menampik peluang PSI bakal mengusung kadernya dalam pemilihan Wali Kota Solo. Dia mengatakan, dengan perolehan lima kursi di DPRD Solo, PSI cukup memenuhi syarat untuk mengusung kadernya menjadi bakal calon. “Soal siapa yang akan diusung, tunggu saja Agustus nanti,” ujar Grace.

Ketua Barisan Relawan Jokowi Presiden atau BARA JP, Utje Gustaaf Patty, memastikan Kaesang akan mengikuti saran ayahnya agar tidak berlaga dalam pilkada. Menurut Utje, selain belum berpengalaman, Kaesang sebagai ketua umum partai tentunya akan bersikap demi kepentingan partainya. “Kaesang akan mengusung kader terbaik PSI. Dia tidak akan maju di Jakarta atau Solo,” ujar Utje. Ia hakulyakin akan hal tersebut karena mendengar langsung pernyataan tersebut dari Kaesang saat bertemu dua pekan lalu.

Dalam kesempatan terpisah, PDI Perjuangan menyatakan masih menggodok dan mempertimbangkan sejumlah nama potensial guna diusung maju di pilkada Jakarta. Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani mengatakan partai berlambang banteng ini menerima dan menampung seluruh aspirasi. Salah satunya berencana mengusung mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan.

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan pidato saat penutupan Rapat Kerja Nasional V PDI Perjuangan di Ancol, Jakarta, 26 Mei 2024. TEMPO/Febri Angga Palguna

PDI Perjuangan menyatakan bakal bersikap realistis dalam mengusung figur di pilkada Jakarta ini, baik dari lingkup internal partai maupun bukan. Ketua DPR itu menyebutkan semua aspek akan dipertimbangkan dengan melihat kapasitas, peta wilayah yang bakal menjadi palagan laga bakal calon, serta pembentukan koalisi.

Pil Pahit Kekalahan

Menanggapi hal tersebut, analis politik Adi Prayitno mengatakan perhelatan pilkada serentak 2024 memang sarat nuansa pilpres. Sebab, pertarungan antarkoalisi partai tidak terjadi hanya di satu tempat. Menurut dia, di palagan pilkada Sumatera Utara, PDI Perjuangan juga bakal menghadapi bekas kadernya, Bobby Nasution, dan sejumlah nama dari unsur inkumben, seperti Musa Rajekshah yang diusung Partai Golkar.

PDI Perjuangan tentunya tidak ingin menelan pil pahit kekalahan untuk kedua kalinya dalam kontestasi elektoral ini. Partai berlambang banteng itu disebut akan mengerahkan kader terbaiknya di wilayah-wilayah strategis saat pendaftaran calon pada pilkada serentak dimulai. “Ini seakan-akan babak kedua pilpres. Tentunya PDIP akan bermain ngotot,” ujarnya.

Di kubu Koalisi Perubahan, Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu Partai NasDem Willy Aditya mengatakan partainya akan mengusung figur yang berpengalaman dan berkompeten untuk maju di pilkada Jakarta. Willy tak berkenan menjelaskan secara rinci figur yang dimaksudkan. Dia hanya berujar, "Yang pasti bukan sembarang tokoh, sosok yang sebangun, yang mengerti Jakarta.”

Dihubungi secara terpisah, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan partainya terus menjajaki komunikasi dengan partai lain, tak terpaku dengan partai di Koalisi Perubahan. Dia beralasan kolaborasi partai mesti dilakukan dengan siapa saja untuk membangun Jakarta lebih baik lagi. “Kita buka komunikasi dengan siapa pun,” ujar Mardani. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus