Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Lumajang - Polemik persepakbolaan nasional yang dipicu konflik kepentingan antara Menteri Pemuda Olahraga Imam Nahrawi dan Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) terpilih, La Nyalla Mataliti, menuai keprihatinan klub amatir yang tengah merintis ke jenjang nasional. Bos Persatuan Sepakbola Indonesia Lumajang (PSIL), Ngateman, meminta sepak bola jangan diintervensi oleh siapa pun. "Jangan dibawa ke mana-mana termasuk politik. Harus satu tujuan," katanya di Lumajang, Selasa, 5 Mei 2015.
Ngateman mengharapkan PSSI Pusat untuk duduk bersama dan meyakini tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan. Pembicaraan itu hendaknya dari hati nurani. "Jadi duduk bersama antara Kementerian Pemuda dan Olahraga, KONI, KOI, BOPI, pemerintah, dan PSSI," katanya.
Menurut Ngateman, tidak boleh ada pihak yang egois dengan argumentasinya masing-masing. Saat ditanya apakah klub amatir tidak protes dengan polemik yang berlarut-larut ini? Ngateman berkata, "Percuma. Saya akan tahu jawabannya pasti masih akan mengambang. Lagi pula siapa yang menanggung kerugian."
Ngateman menambahkan, jika klub amatir saja sudah habis ratusan juta untuk membiayai persiapan Liga Nusantara. "Berapa yang telah dikeluarkan klub-klub profesional yang sudah bersiap untuk ISL dan Divisi Utama," ujarnya. Jika situasi persepakbolaan di Indonesia tidak ada kepastian seperti saat ini, klub akan berpikir untuk merumahkan para pemainnya.
Ngateman mengatakan pihaknya telah mengutus asisten manajer PSIL ke kantor pusat PSSI. "Asisten manajer, sekretaris umum Asprov Jawa Timur, dan Wakil Ketua Umum Asprov Jawa Timur, saat ini di kantor PSSI di Jakarta. Tujuannya untuk menanyakan sejauh mana regulasi tentang putaran liga yang digelar PSSI seperti Liga Nusantara."
DAVID PRIYASIDHARTA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini